Selasa, 30 Desember 2025

Gen Z Indonesia Menagih Aksi Nyata Pemerintah Hadapi Krisis Iklim


 Gen Z Indonesia Menagih Aksi Nyata Pemerintah Hadapi Krisis Iklim Ilustrasi - Generasi Z Indonesia menuntut pemerintah lebih serius menghadapi krisis iklim. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Generasi Z Indonesia tumbuh di tengah kecemasan akan krisis iklim yang makin nyata. Banjir yang makin sering, panas ekstrem, polusi udara yang pekat, hingga gagal panen akibat kekeringan — semua menjadi bagian dari keseharian mereka. Namun, di balik kecemasan itu, ada semangat baru untuk menagih tanggung jawab dari para pengambil kebijakan.

Pada momentum Hari Sumpah Pemuda tahun ini, suara anak muda terdengar lantang. Dalam Diskusi Dua-Mingguan Nexus Tiga Krisis Planet bertajuk “Gen Z Menagih Tanggung Jawab Iklim” (28/10/2025), dua aktivis muda — Febriani Nainggolan dari Climate Rangers dan Dian Irawati dari Kawula17 — membedah hasil riset yang menunjukkan tingginya kesadaran, sekaligus kekecewaan, generasi muda terhadap penanganan krisis iklim di Indonesia.

Krisis Iklim: Beban Berat Generasi Muda

Riset Climate Rangers terhadap 382 responden Gen Z di Jakarta menunjukkan bahwa 95,5% anak muda sadar akan dampak krisis iklim, meski sebagian besar masih memahaminya sebatas cuaca ekstrem. Padahal, menurut Febriani, efeknya jauh lebih luas.

“Krisis iklim berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental, ketahanan pangan, hingga rusaknya infrastruktur akibat bencana seperti banjir dan rob,” jelasnya.

Febri menambahkan, anak yang lahir pada tahun 2020 akan menghadapi masa depan yang jauh lebih berat dibanding kakek-neneknya: gelombang panas tujuh kali lebih sering, kekeringan tiga kali lebih parah, dan banjir besar dua kali lebih intens.

Tanggung Jawab Pemerintah Masih Dipertanyakan

Menurut riset yang sama, 62,4% responden menilai keterlibatan orang muda oleh pemerintah masih bersifat formalitas belaka. Banyak yang merasa kehadiran mereka hanya dijadikan pelengkap, bukan mitra sejajar dalam pengambilan keputusan.

“Kami sering diundang hanya untuk meramaikan acara, bukan benar-benar didengar,” tegas Febri.

Dalam forum tersebut, perwakilan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) diundang, namun tidak hadir. Moderator diskusi, Fiorentina Refani, menegaskan bahwa pemerintah harus lebih serius mendengarkan aspirasi anak muda.

“Jangan jadikan Gen Z hanya sebagai pengisi panggung. Dengarkan kami dan ubah kebijakan iklim agar berpihak pada masa depan,” ujarnya lantang.

Kesadaran Publik Meningkat, Aktivisme Makin Kuat

Sementara itu, Dian Irawati dari Kawula17 memaparkan hasil riset lembaganya yang melibatkan 404 responden. Dua isu lingkungan yang paling banyak disoroti publik adalah pengelolaan sampah yang tidak efisien (33%) dan kerusakan akibat tambang (32%).

Lonjakan perhatian terhadap isu lingkungan juga dipicu oleh kampanye digital seperti #SaveRajaAmpat dan #SavePulauPadar, yang menyoroti kerusakan alam dan perampasan hutan adat.

“Dalam dua tahun terakhir, kesadaran publik terhadap pentingnya ekosistem dan keadilan lingkungan meningkat signifikan,” kata Dian.

Dari survei lain terhadap 1.342 anak muda, 42% kini aktif berpartisipasi dan 35% terjun sebagai aktivis, naik drastis dibanding tahun sebelumnya. Mereka banyak terlibat di isu lingkungan, hak asasi manusia, kesetaraan gender, hingga antikorupsi.

Saatnya Pemerintah Berani Ambil Langkah Nyata

Dian menyoroti bahwa anak muda sering dianggap beban, padahal justru mereka adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim.

“Generasi muda harus dilihat sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar penonton,” ujarnya.

Sementara itu, Febri mengingatkan bahwa dunia telah berkomitmen melalui Perjanjian Paris untuk menjaga suhu global agar tidak melebihi 1,5°C. Sayangnya, suhu bumi kini sudah naik 1,3°C — dan dalam skenario paling optimistis, bisa menembus 1,9°C.

“Kebijakan iklim Indonesia masih belum cukup ambisius. Emisi karbon justru terus meningkat,” tegas Febri.

Tuntutan Gen Z: Dari Transisi Energi hingga Keadilan Iklim

Melalui jaringan Climate Rangers di 32 provinsi, generasi muda menyampaikan serangkaian tuntutan bagi pemerintah dan dunia internasional, antara lain:

Untuk Dunia:

  • Mendorong kebijakan iklim yang adil dan ambisius
  • Menjamin transisi energi yang berkeadilan
  • Menegakkan keadilan finansial dan tanggung jawab historis
  • Memberi ruang partisipasi bermakna bagi anak muda

Untuk Pemerintah Indonesia:

  • Menetapkan kebijakan berkeadilan iklim
  • Menghentikan solusi palsu seperti greenwashing
  • Mempercepat transisi energi bersih
  • Mendukung pendanaan bagi solusi rakyat
  • Mengedepankan keadilan sosial dan lingkungan

Arah Baru Gerakan Pemuda

Momentum Sumpah Pemuda tahun ini menandai babak baru bagi gerakan anak muda Indonesia. Mereka bukan sekadar pewaris bumi, tapi penentu arah masa depan. Dalam suara yang semakin bulat, Gen Z menegaskan: waktunya bukan lagi janji, tapi aksi.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru