Rabu, 31 Desember 2025

Krisis Mental di Balik Perang: 43 Tentara Israel Bunuh Diri Sejak Serangan 7 Oktober 2023


 Krisis Mental di Balik Perang: 43 Tentara Israel Bunuh Diri Sejak Serangan 7 Oktober 2023 Ilustrasi - Tentara Israel.(ANTARA/foto-Anadolu/py)

TEHERAN, ARAHKITA.COM - Di balik ketegangan perang dan agresi militer Israel terhadap Gaza, muncul potret yang jauh dari gempita kemenangan: puluhan tentara Israel memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Sejak 7 Oktober 2023, tercatat 43 tentara Israel bunuh diri, mencerminkan krisis kesehatan mental yang semakin mengkhawatirkan di tubuh militer mereka.

Laporan ini bersumber dari beberapa media Timur Tengah, termasuk Al Jazeera, yang mengutip pernyataan pejabat dan sumber internal Israel. Salah satu kasus yang mencuat ke publik adalah Daniel Edri, tentara berusia 24 tahun yang bertugas mengangkut jenazah rekan-rekannya yang gugur di medan perang. Tekanan psikologis yang hebat membuatnya tidak sanggup lagi bertahan.

Kekurangan Personel, Rekrut Pasukan dengan Gangguan Mental

Krisis ini tak berhenti pada angka bunuh diri. Menurut laporan harian Haaretz, militer Israel bahkan merekrut individu dari pasukan cadangan yang memiliki riwayat penyakit mental, termasuk penderita PTSD (post-traumatic stress disorder), untuk ikut bertempur di Gaza. Keputusan ini diambil lantaran minimnya personel yang siap dikerahkan ke garis depan.

Seorang komandan militer yang dikutip oleh Haaretz mengungkap bahwa tentara yang mengalami trauma berat diberikan dua pilihan tragis: bunuh diri atau desersi (kabur dari tugas militer). Dalam kondisi tertekan dan minim dukungan, banyak dari mereka mengalami gangguan psikologis berat, bahkan ketika masih menjalani perawatan.

“Tidak ada pilihan lain,” ujarnya, “kami harus merekrut siapa pun, bahkan yang sedang dalam terapi.”

9000 Tentara Alami Disabilitas Mental

Data resmi dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri Israel mencatat, sejak dimulainya agresi ke Gaza, sekitar 9.000 tentara mengalami disabilitas mental. Namun, pihak militer belum secara terbuka mengungkap jumlah pasti kasus bunuh diri dalam kurun waktu tersebut. Bahkan, sejumlah jenazah tentara dikabarkan dikubur tanpa upacara militer resmi.

Dalam upaya menangani krisis ini, militer Israel merekrut 800 psikiater dan mendirikan pusat-pusat konseling darurat, sebagaimana dilaporkan saluran TV Israel Kan 11.

Kritik dari Dalam Negeri

Situasi ini memicu kritik tajam dari sejumlah tokoh politik Israel. Yair Lapid, pemimpin oposisi di parlemen (Knesset), menyatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah “mengirim para tentara menuju kematian” dalam operasi militer di Khan Younis dan Jenin. Ia juga menentang keras kebijakan Netanyahu yang enggan melibatkan kelompok Yahudi ultra-ortodoks (Haredi) dalam wajib militer.

Senada dengan Lapid, Avigdor Lieberman, ketua partai Yisrael Beiteinu, menyebut kematian ratusan tentara Israel sebagai "pengorbanan untuk mempertahankan koalisi berkuasa." Lieberman juga menuding kabinet Netanyahu sebagai pihak yang menggagalkan sejumlah kesepakatan pembebasan tahanan.

Dampak Psikologis Perang: Luka yang Tak Terlihat

Tragedi bunuh diri di kalangan militer Israel menyingkap realitas pahit di balik konflik berkepanjangan: trauma dan gangguan mental yang tak terlihat, namun menghancurkan dari dalam. Ketika peluru dan bom berhenti, luka psikologis itulah yang akan terus membekas dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru