Selasa, 30 Desember 2025

WHO Peringatkan Dampak Panas Ekstrem pada Kesehatan dan Produktivitas Pekerja


 WHO Peringatkan Dampak Panas Ekstrem pada Kesehatan dan Produktivitas Pekerja Seorang wanita berlindung di bawah payung saat gelombang panas terus berlanjut di London, Inggris (1/7/2025). ANTARA/Xinhua/aa.

JENEWA, ARAHKITA.COM – Cuaca panas ekstrem kini menjadi ancaman nyata bagi kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) baru saja merilis laporan yang menyoroti risiko besar akibat meningkatnya gelombang panas yang dipicu oleh perubahan iklim.

Dalam laporan berjudul “Perubahan Iklim dan Tekanan Panas di Tempat Kerja”, WHO dan WMO mengungkap bahwa miliaran pekerja rentan terhadap bahaya kesehatan akibat suhu tinggi yang semakin sering terjadi. Data yang dihimpun selama lima dekade menunjukkan bahwa kenaikan suhu tidak hanya berdampak pada tubuh, tetapi juga menurunkan produktivitas kerja secara signifikan.

2024 Jadi Tahun Terpanas

Menurut catatan WMO, tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Suhu siang hari yang melampaui 40°C bahkan 50°C kini bukan lagi fenomena langka, melainkan semakin umum di banyak negara.

“Tekanan panas telah merusak kesehatan dan mata pencaharian miliaran pekerja, terutama mereka yang berada di komunitas paling rentan,” ujar Dr. Jeremy Farrar, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Promosi Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan Perawatan.

Ia menambahkan, pedoman baru yang diterbitkan WHO memberi solusi berbasis bukti untuk melindungi nyawa pekerja, mengurangi kesenjangan sosial, serta membangun tenaga kerja yang lebih tangguh di tengah krisis iklim.

Produktivitas Turun Saat Suhu Naik

Laporan itu menyebutkan, produktivitas pekerja bisa menurun 2–3 persen untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius di atas 20°C. Penurunan ini tentu berdampak langsung pada sektor ekonomi, terutama di negara dengan mayoritas pekerja lapangan.

Dari sisi kesehatan, risiko yang muncul akibat suhu ekstrem antara lain sengatan panas, dehidrasi, gangguan fungsi ginjal, hingga masalah neurologis. Setidaknya setengah populasi dunia saat ini sudah mengalami dampak buruk dari paparan suhu tinggi.

Tantangan Global, Bukan Lagi Lokal

“Paparan panas ekstrem di tempat kerja telah menjadi masalah global. Gelombang panas tidak hanya menimpa negara tropis, tapi juga wilayah seperti Eropa yang belakangan mengalami suhu sangat tinggi,” jelas Ko Barrett, Wakil Sekretaris Jenderal WMO.

Ia menegaskan bahwa melindungi pekerja dari panas ekstrem bukan sekadar kewajiban dari sisi kesehatan, tetapi juga kebutuhan mendesak untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Seruan untuk Tindakan Nyata

WHO, WMO, dan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyerukan pemerintah serta perusahaan agar segera mengadopsi rencana aksi penanganan panas di tempat kerja. Upaya ini meliputi peningkatan kesadaran mengenai gejala stres panas, penyediaan perlindungan kerja yang lebih aman, serta solusi yang terjangkau dan berkelanjutan.

“Laporan ini menjadi tonggak penting dalam upaya bersama melawan ancaman panas ekstrem di dunia kerja,” ujar Joaquim Pintado Nunes, Kepala Keselamatan dan Kesehatan Kerja ILO dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru