Loading
Arsip - Kereta cepat Whoosh melintas di Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 31 Juli 2025. (ANTARA FOTO/Abdan Syakura/foc)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Duta Besar China untuk Indonesia, Wang Lutong, menilai langkah Indonesia dalam menegosiasikan restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCIC) sebagai sesuatu yang wajar. Menurutnya, skala proyek transportasi berteknologi tinggi seperti Whoosh memang sangat besar dan membutuhkan waktu panjang untuk mencapai titik impas.
“Untuk proyek besar seperti ini, pembahasan keuangan adalah hal yang wajar. Butuh waktu bertahun-tahun untuk sampai ke tahap balik modal,” ujar Wang di sela pertemuan di Kedutaan Besar China, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Wang menyebut, pemerintah China bangga melihat perkembangan dan manfaat yang dibawa Whoosh bagi Indonesia. Sejak resmi beroperasi dua tahun lalu, kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu telah mengangkut lebih dari 12 juta penumpang.
Baca juga:
8 CEO Kereta Api di Asia Tenggara Gunakan Whoosh untuk Buktikan Kecanggihan dan KeandalannyaMenurutnya, Whoosh tidak hanya mempercepat mobilitas masyarakat, tapi juga memberi dampak ekonomi dan sosial yang signifikan, terutama di wilayah-wilayah yang dilalui jalur kereta cepat.
“Operasinya berjalan dengan baik dan memberikan manfaat nyata. Tentu saja masih ada beberapa hal teknis yang sedang dibicarakan dengan pemerintah Indonesia agar proyek ini bisa terus berkelanjutan,” jelas Wang.
Meski begitu, Wang tidak mengungkap secara rinci isu-isu yang tengah dibahas dalam pertemuan antara kedua pemerintah. Ia hanya memastikan bahwa komunikasi antara pemerintah RI dan China tetap berjalan baik guna memastikan stabilitas dan keberlanjutan proyek tersebut.
“Saya tidak akan mengatakan ada kesulitan keuangan. Justru kami melihat kinerja Whoosh terus membaik, termasuk jumlah penumpang yang meningkat. Untuk detail keuangannya, kami masih berdiskusi dengan kementerian terkait,” tambahnya.
Restrukturisasi Utang Masih Berjalan
Di sisi lain, Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, mengonfirmasi bahwa negosiasi restrukturisasi utang proyek KCIC masih terus berproses.
Menurut Dony, tim negosiasi akan kembali dikirim untuk membahas jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan denominasi mata uang dengan pihak China dikutip Antara.
“Pembahasan ini fokus pada perpanjangan tenor pinjaman dan penyesuaian beberapa komponen keuangan,” ujar Dony di Jakarta pada hari yang sama.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) guna mempercepat penyelesaian utang proyek kereta cepat tersebut.
Sebagai informasi, total investasi proyek KCIC mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS atau hampir Rp121 triliun. Sekitar 75 persen pembiayaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun.
Hingga kini, pemerintah Indonesia masih menimbang dua opsi utama untuk menyelesaikan pembiayaan proyek:
Meski begitu, pemerintah tetap mendorong agar Danantara Indonesia mengambil peran utama dalam restrukturisasi utang KCIC agar tidak membebani APBN.