Selasa, 30 Desember 2025

Tarif Impor AS 50 Persen Resmi Berlaku, India Dorong Gerakan Kemandirian Ekonomi


 Tarif Impor AS 50 Persen Resmi Berlaku, India Dorong Gerakan Kemandirian Ekonomi Perdana Menteri India Narendra Modi. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt/aa.

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan India kembali memanas. Mulai Rabu (27/8/2025), tarif impor baru sebesar 50 persen terhadap produk asal India resmi diberlakukan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini memicu respons cepat dari Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang kembali menyerukan pentingnya memperkuat kemandirian melalui peningkatan konsumsi produk dalam negeri.

Rincian kebijakan tarif tersebut dijelaskan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, yang menambahkan bea masuk tambahan sebesar 25 persen di atas tarif 25 persen yang sudah lebih dulu diterapkan pada awal bulan ini. Dengan begitu, total tarif terhadap barang asal India kini melonjak menjadi 50 persen.

Langkah ini diambil sebagai bentuk penalti atas keputusan India membeli minyak mentah Rusia dengan harga diskon. Namun, kebijakan sepihak tersebut memperburuk kebuntuan negosiasi perdagangan antara kedua negara, terutama setelah India menolak membuka pasar pertanian bagi produk-produk AS karena dianggap dapat merugikan petani lokal.

Di tengah situasi yang semakin tegang, Modi menegaskan kembali visinya tentang self-reliance (kemandirian), yang ia dorong melalui kampanye “membeli produk buatan India.” Menurutnya, konsumsi domestik menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kepentingan petani serta pelaku usaha lokal.

Pada 2024, nilai perdagangan bilateral antara India dan AS tercatat mencapai 129 miliar dolar AS (sekitar Rp2.111 triliun). Dari jumlah tersebut, AS mengalami defisit perdagangan sebesar 45,7 miliar dolar AS (Rp747 triliun), menurut data Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.

Sejumlah analis ekonomi di India memperkirakan, tarif baru ini bisa berdampak pada ekspor hingga 50 miliar dolar AS, terutama dari sektor tekstil, farmasi, dan teknologi informasi dikutip Antara.

Situasi ini membuat hubungan perdagangan kedua negara yang selama ini dianggap strategis berada di titik kritis. India kini dihadapkan pada pilihan sulit: memperluas pasar domestik dan diversifikasi ekspor, atau menghadapi tekanan tarif yang bisa menggerus daya saing produknya di pasar global.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru