Rabu, 31 Desember 2025

Nicolas Sarkozy Jadi Mantan Presiden Prancis Pertama, Masuk Penjara karena Kasus Dana Kampanye Libya


 Nicolas Sarkozy Jadi Mantan Presiden Prancis Pertama, Masuk Penjara karena Kasus Dana Kampanye Libya Nicolas Sarkozy dan istrinya, Carla Bruni, menyapa orang-orang pada hari ia akan masuk penjara. (Badan Perlindungan Lingkungan/EPA/BBC)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Sejarah baru tercipta di Prancis. Mantan Presiden Nicolas Sarkozy resmi menjalani hukuman penjara lima tahun atas kasus konspirasi pendanaan kampanye politiknya yang diduga menggunakan dana dari mendiang diktator Libya, Muammar Gaddafi.

Kasus ini menjadikan Sarkozy sebagai mantan presiden pertama dalam sejarah modern Prancis yang benar-benar mendekam di balik jeruji besi. Sebelumnya, hanya Philippe Pétain — pemimpin Prancis kolaborator Nazi pada era Perang Dunia II — yang pernah dipenjara, itu pun pada tahun 1945.

Mulai Jalani Hukuman di Penjara La Santé

Sarkozy, yang menjabat sebagai presiden pada periode 2007–2012, tiba di penjara La Santé, Paris, Selasa pagi waktu setempat. Ia akan menempati sel kecil berukuran sekitar 9–11 meter persegi di sayap isolasi demi alasan keamanan. Di sana, ia hanya akan memiliki fasilitas dasar seperti tempat tidur, meja, pancuran, dan televisi kecil berbayar.

Ratusan pendukungnya menyambut momen itu di luar rumahnya di distrik elite ke-16 Paris, meneriakkan nama “Nicolas!” sambil melihat sang mantan presiden menggandeng tangan istrinya, Carla Bruni-Sarkozy, sebelum menuju penjara.

Lewat unggahan di platform X, Sarkozy menyampaikan perasaannya yang campur aduk.

“Saya yakin kebenaran akan menang, meski harganya sangat mahal,” tulisnya.

“Jangan merasa kasihan pada saya, tapi berdukalah untuk Prancis yang hari ini dipermalukan oleh hasrat balas dendam,”sebagaimana dilaporkan BBC.

Banding Tetap Berjalan

Pengacaranya, Christophe Ingrain, mengonfirmasi bahwa tim hukum telah mengajukan permohonan pembebasan sementara. Namun, menurutnya, Sarkozy kemungkinan harus berada di penjara setidaknya selama tiga minggu hingga satu bulan sebelum keputusan keluar.

Mantan presiden berusia 70 tahun itu menegaskan tidak menginginkan perlakuan istimewa selama di penjara, meski pihak berwenang menempatkannya di area khusus agar terhindar dari risiko keamanan, mengingat penghuni lain banyak yang merupakan pelaku kejahatan berat dan terorisme.

Flavie Rault, mantan wakil kepala penjara La Santé, menggambarkan kondisi di sayap isolasi cukup berat.

“Tahanan benar-benar sendirian hampir sepanjang waktu. Tidak ada interaksi sosial dengan narapidana lain,” ujarnya kepada BFMTV.

Dukungan dari Macron dan KeluargaSebelum masuk penjara, Sarkozy sempat diterima oleh Presiden Emmanuel Macron di Istana Élysée. Macron menyebut pertemuan itu sebagai bentuk kemanusiaan terhadap pendahulunya. “Sebagai manusia, wajar jika saya menerimanya dalam situasi seperti ini,” kata Macron.

Sementara itu, Menteri Kehakiman Gérald Darmanin berjanji akan meninjau langsung kondisi Sarkozy di penjara, untuk memastikan keamanannya.

Putra-putranya juga menunjukkan dukungan penuh di media sosial. Louis Sarkozy meminta publik untuk memberi semangat, sedangkan Pierre mengimbau agar hanya mengirimkan “pesan cinta, dan tidak yang lain.”

Kasus Hukum yang Tak Kunjung Usai

Sejak meninggalkan kursi kepresidenan pada 2012, Sarkozy memang tak lepas dari berbagai kasus hukum. Tahun lalu, ia juga sempat dinyatakan bersalah karena mencoba menyuap hakim guna memperoleh informasi rahasia dalam kasus terpisah, dan sempat mengenakan alat pemantau elektronik di pergelangan kakinya.

Bulan depan, ia kembali menunggu putusan pengadilan tinggi Prancis terkait banding atas hukuman enam bulan penjara dalam kasus pendanaan kampanye ilegal lain yang dikenal dengan nama “Bygmalion Affair”.

Meski demikian, Sarkozy tetap bersikukuh tidak bersalah. Ia menyebut tuduhan penggunaan uang Libya dalam kampanye 2007 sebagai fitnah politik.

“Saya tidak takut penjara. Saya akan tetap tegar, bahkan di depan gerbangnya,” ujarnya dalam wawancara dengan La Tribune.

Dua orang dekat Sarkozy — Brice Hortefeux dan Claude Guéant — juga dinyatakan bersalah karena terlibat dalam penggalangan dana ilegal itu. Pertemuan-pertemuan rahasia antara mereka dengan pejabat tinggi Libya disebut terjadi sejak 2005, melalui perantara Prancis-Lebanon, Ziad Tiakeddine, yang kini telah meninggal dunia.

Sebagai bekal di balik jeruji, Sarkozy diketahui membawa dua buku: Life of Jesus karya Jean-Christian Petitfils dan The Count of Monte Cristo karya Alexandre Dumas — kisah tentang seorang pria yang dipenjara secara tidak adil, namun akhirnya membalas dendam.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru