Loading
Pejalan kaki terlihat di Stasiun Tokyo di Tokyo, Jepang pada 15 November 2022. ANTARA/Xinhua/Sun Jialin.
TOKYO, ARAHKITA.COM — Jepang kembali dihadapkan pada kenyataan pahit. Sepanjang tahun 2024, tercatat 529 pelajar di negeri Sakura mengakhiri hidup mereka sendiri. Angka ini meningkat 16 kasus dibanding tahun sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak data mulai dicatat pada 1980, menurut laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.
Data yang dirilis lewat Buku Putih Pencegahan Bunuh Diri (White Paper on Suicide Countermeasures) 2025 mengungkapkan rincian yang mengejutkan: 15 siswa sekolah dasar (SD), 163 siswa sekolah menengah pertama (SMP), dan 351 siswa sekolah menengah atas (SMA) termasuk dalam daftar korban. Dari ketiganya, angka siswa SMP tercatat paling tinggi dalam sejarah.
Tekanan Sekolah Jadi Pemicu Utama
Pemerintah Jepang menyebut masalah sekolah sebagai penyebab paling umum di balik keputusan tragis para siswa tersebut, diikuti oleh masalah kesehatan dan keluarga. Tekanan akademik, perundungan (bullying), hingga isolasi sosial disebut menjadi faktor pemicu yang kian serius pascapandemi.
Tak hanya itu, laporan juga menyoroti banyak mahasiswa berusia 21 tahun yang memilih mengakhiri hidupnya. Mereka diduga mengalami tekanan berat terkait mencari pekerjaan atau melanjutkan studi, dua hal yang kerap menjadi sumber stres di masa transisi dewasa muda di Jepang.
Tren Mengkhawatirkan di Kalangan Pemuda
Angka bunuh diri di kalangan usia 15 hingga 29 tahun masih tergolong tinggi, dengan lebih dari 3.000 kematian setiap tahun sejak 2020. Laporan itu juga mencatat peningkatan tajam pada kelompok wanita muda, di mana sekitar 40 persen dari mereka yang meninggal akibat bunuh diri sebelumnya pernah mencoba mengakhiri hidup.
Kondisi ini menjadi sinyal bahwa masalah kesehatan mental di Jepang belum tertangani tuntas, terutama di kalangan generasi muda yang menghadapi tekanan sosial dan ekspektasi tinggi dari lingkungan sekitar dikutip Antara.
Angka Nasional Menurun, Namun Tantangan Masih Besar
Secara keseluruhan, total kasus bunuh diri di Jepang pada 2024 mencapai 20.320, turun sekitar 1.500 kasus dari tahun sebelumnya. Meski penurunan ini membuat jumlahnya menjadi yang terendah kedua sejak 1978, tren meningkat di kalangan anak dan remaja tetap menjadi alarm serius bagi pemerintah dan masyarakat.
Upaya pencegahan terus digencarkan lewat layanan konseling di sekolah, kampanye kesadaran kesehatan mental, dan dukungan bagi keluarga.
Namun, para ahli menilai dibutuhkan pendekatan yang lebih menyentuh akar masalah — dari sistem pendidikan hingga pola komunikasi antar-generasi — agar tragedi serupa tidak terus berulang di tahun-tahun mendatang.