Loading
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. (Antaranews/Antara/Anadolu/py)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, menyatakan rasa kecewa dan frustrasi atas pelanggaran gencatan senjata di Jalur Gaza. Ia menegaskan, Qatar segera berkoordinasi penuh dengan Amerika Serikat untuk menanggapi situasi tersebut.
Al-Thani mengatakan, selama masa gencatan senjata berlangsung, terdapat banyak pelanggaran meski sebagian tidak dilaporkan karena dianggap kecil. Namun, insiden pada Selasa (28/10) disebutnya sebagai pelanggaran serius yang mengecewakan.
“Namun, pelanggaran kemarin, sejujurnya, sangat mengecewakan dan membuat frustrasi bagi kami. Kami berusaha untuk menahannya, dan kami segera memobilisasi koordinasi penuh dengan AS setelah kejadian ini," ujarnya.
"Kami melihat bahwa AS juga berkomitmen pada kesepakatan ini,” tambah Perdana Menteri Qatar itu.
Ia menambahkan, insiden tersebut diduga berasal dari pihak Palestina, meski Hamas membantah terlibat dalam serangan yang menewaskan seorang tentara Israel di Rafah, Gaza selatan.
Baca juga:
Indonesia Tegas: Pemerintah Tolak Visa Atlet Senam Israel untuk Kejuaraan Dunia di Jakarta“Kami belum memiliki verifikasi apakah ini benar atau tidak. Fokus kami memastikan gencatan senjata tetap berlaku,” ujarnya dilansir Antara.
Al-Thani menegaskan bahwa kedua pihak harus mematuhi perjanjian gencatan senjata. “Saya yakin apa yang terjadi kemarin merupakan pelanggaran. Namun kedua pihak sepakat gencatan senjata harus terus dijaga,” katanya.
Pernyataan Al-Thani muncul setelah tentara Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak Selasa malam, menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, termasuk 46 anak-anak, dan melukai 253 orang lainnya. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, sejak gencatan senjata diberlakukan pada 10 Oktober, sedikitnya 211 warga Palestina tewas dan 597 luka-luka akibat serangan lanjutan Israel.
Sejak konflik pecah pada Oktober 2023, lebih dari 68.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan berulang Israel membuat Jalur Gaza hampir tidak layak huni, menyebabkan kelaparan dan meluasnya penyakit di wilayah tersebut.