Loading
Orang-orang dengan anak di kereta dorong berjalan di Anketell Street di Canberra, Australia (19/6/2025). ANTARA/Xinhua/Zhang Na
CANBERRA, ARAHKITA.COM – Kekhawatiran soal dugaan kontaminasi asbes membuat lebih dari 70 sekolah negeri di Canberra, Australia, terpaksa menghentikan kegiatan belajar pada Senin (17/11/2025). Langkah cepat ini diambil setelah audit pemerintah menemukan penggunaan pasir dekoratif yang terindikasi mengandung asbes di puluhan fasilitas pendidikan.
Pemerintah Australian Capital Territory (ACT) mengonfirmasi bahwa 71 dari 94 sekolah negeri di wilayah Canberra dan area sekitarnya harus ditutup sementara untuk memastikan keamanan siswa dan tenaga pendidik. Temuan ini menjadi lanjutan dari penutupan 24 sekolah dan prasekolah pada Jumat (14/11), di mana dua di antaranya telah kembali dibuka pada Senin.
Sumber masalah berasal dari produk pasir warna-warni dekoratif yang digunakan untuk aktivitas sekolah. Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC) sebelumnya telah mengumumkan recall produk tersebut pada Rabu (12/11) setelah hasil uji laboratorium mendeteksi adanya asbes krisotil, jenis asbes berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kesehatan jika terhirup.
Pada Minggu (16/11), ACCC kembali menemukan kandungan asbes di empat produk pasir lainnya dan memperingatkan bahwa bahan-bahan tersebut berpotensi membahayakan masyarakat, terutama jika produk dihancurkan atau dihaluskan secara mekanis.
Meski begitu, Menteri Pendidikan ACT Yvette Berry menyebutkan bahwa risiko kesehatan bagi siswa dan staf relatif kecil. Namun, demi keselamatan, penutupan sekolah diperkirakan berlangsung selama beberapa hari hingga seluruh area yang terpapar teridentifikasi dan ditangani dengan benar.
Berry menjelaskan bahwa staf sekolah, petugas gedung, dan sukarelawan bekerja keras sepanjang akhir pekan untuk memetakan area yang menggunakan pasir tersebut. Hasil pemetaan ini menjadi acuan bagi tim asesor untuk melakukan pembersihan secara aman dilansir Antara.
ACCC turut menegaskan bahwa partikel asbes yang dapat terhirup tidak ditemukan dalam sampel yang mereka uji sejauh ini. Meski demikian, pembersihan total tetap diperlukan karena material dianggap berisiko jika mengalami kerusakan fisik.