Loading
Seorang wanita yang terlantar dan beberapa anak duduk di bawah tenda yang dibangun dari kayu dan kain di Tawila, Darfur Utara, Sudan (8/8/2025). ANTARA/Xinhua/HO-WFP/aa. (Handout World Food Programme via Xinhua)
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) kembali mengeluarkan peringatan terkait memburuknya ketahanan pangan global. Dalam wawancara dengan kantor berita RIA Novosti, Direktur Kantor Penghubung FAO untuk Rusia, Oleg Kobiakov, menyebut bahwa saat ini sekitar 40 negara di dunia masih bergantung pada bantuan pangan eksternal dan memerlukan dukungan berkelanjutan agar masyarakatnya tidak jatuh ke jurang kelaparan lebih dalam.
FAO juga menyoroti bahwa setidaknya 13 negara menghadapi risiko kelaparan yang diprediksi semakin buruk, sehingga dukungan internasional menjadi sangat mendesak. Kobiakov mendorong negara-negara donor, termasuk Rusia, untuk meningkatkan kontribusi sukarela dalam program bantuan darurat agar penanganan dapat berjalan cepat dan menyeluruh.
Daftar negara rentan ini mencakup wilayah yang telah lama bergulat dengan konflik, kemiskinan, hingga gangguan rantai pasokan pangan global. Beberapa di antaranya adalah Yaman, Republik Demokratik Kongo, Myanmar, Nigeria, Burkina Faso, Suriah, Somalia, dan Chad—negara yang menghadapi tantangan berlapis dari sisi ekonomi, stabilitas politik, hingga perubahan iklim.
Meski begitu, FAO mencatat tren positif mulai tampak di Asia Selatan, Asia Tenggara, serta kawasan Amerika Selatan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di India disebut menjadi salah satu faktor yang memperbaiki kondisi ketahanan pangan di kawasan tersebut. Namun, Kobiakov menegaskan bahwa perkembangan ini belum cukup untuk mengimbangi lonjakan kelaparan yang masih terus meningkat di sebagian besar Afrika dan Asia Barat dilansir Antara.
Sepanjang 2024, angka kelaparan di Afrika menembus lebih dari 20 persen populasi, yang berarti satu dari lima penduduk Afrika hidup dalam kondisi rawan pangan. Situasi ini menjadi alarm bagi dunia internasional untuk memperkuat kerja sama dan dukungan bantuan pangan skala besar demi menekan risiko kemanusiaan berkepanjangan.