Selasa, 30 Desember 2025

Jerman Menimbang Ulang Tradisi Kembang Api Tahun Baru


 Jerman Menimbang Ulang Tradisi Kembang Api Tahun Baru Suasana kembang api di atas Kota Frankfurt, Jerman. ANTARA/Xinhua

BERLIN, ARAHKITA.COM - Diskusi soal kembang api kembali mencuat di Jerman saat kalender mendekati pergantian tahun. Tradisi yang selama ini dirayakan dengan cahaya dan ledakan suara kini dihadapkan pada pertanyaan tentang risiko dan dampaknya.

Presiden Asosiasi Medis Jerman, Klaus Reinhardt menilai penggunaan kembang api pribadi menimbulkan ancaman nyata bagi keselamatan masyarakat dan lingkungan.

“Kembang api yang tidak teregulasi sering menyebabkan cedera serius, termasuk pada orang yang menonton pertunjukan kembang api, membuat banyak orang ketakutan, merusak iklim, dan menghasilkan sampah dalam jumlah besar,” ungkap Reinhardt kepada jaringan media Jerman RND, dikutip Minggu (28/12/2025).

Ia mendorong pemerintah federal dan pemerintah negara bagian mengambil langkah tegas. Di Jerman, penjualan kembang api legal dibuka pada 29 hingga 31 Desember setiap tahun.

Tekanan publik terhadap pemerintah kian terasa. Media Jerman Zeit Online melaporkan lebih dari 2,2 juta warga telah menandatangani petisi yang menuntut larangan nasional kembang api pribadi. Petisi tersebut diprakarsai oleh serikat polisi Jerman, GdP.

Sejumlah jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga mendukung pelarangan tersebut. Namun, suara penolakan datang dari industri piroteknik.

Direktur Pelaksana Asosiasi Federal Piroteknik dan Kembang Api (bvpk), Christoph Kroepl, menegaskan kecelakaan serius tidak berasal dari produk legal. Ia menambahkan, produk resmi telah melewati pengujian ketat.

“Kecelakaan serius yang melibatkan piroteknik terjadi hampir secara eksklusif dengan kembang api ilegal,” tutur Kroepl.

“Kembang api Tahun Baru yang dijual secara legal diuji secara ketat dan sangat dibatasi ukuran dan efeknya,” imbuhnya.

Perdebatan ini menempatkan pemerintah Jerman di persimpangan antara tradisi dan keselamatan publik. Menjelang malam Tahun Baru, keputusan politik kini ditunggu, di tengah tekanan dokter, polisi, dan jutaan warga.

Editor : Khalied Malvino

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru