Selasa, 30 Desember 2025

Hampir Pasti Nicolas Maduro Terpilih Kembali Menjadi Presiden Venezuela


 Hampir Pasti Nicolas Maduro Terpilih Kembali Menjadi Presiden Venezuela Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengacungkan tanda kemenangan V (victory) usai memberikan suara. (VOA Indonesia)

KARAKAS/BARQUISIMETO, ARAHKITA.COM - Pemimpin kiri Venezuela, Nicolas Maduro, hampir pasti terpilih kembali menjadi presiden pada Minggu (20/5/2018) dalam pemilihan umum dengan tingkat peran serta rendah dan banyak dikecam.

Meski tidak mampu mengatasi krisis ekonomi, pria 55 tahun itu, yang pernah bekerja sebagai sopir bus, diuntungkan boikot pemilihan umum oleh kelompok oposisi utama dan larangan pencalonan terhadap dua pesaing paling populer.

Pemilihan umum itu juga diperkirakan membuat Amerika Serikat memberlakukan sanksi tambahan.

Washington menegaskan tidak akan mengakui pemilihan umum di Venezuela dan mempertimbangkan sanksi terkait ekspor minyak.

Maduro, yang menyebut diri "anak" mendiang Presiden Hugo Chavez, mengatakan melawan upaya "imperialis" menghancurkan sosialisme dan mengambil alih minyak di negaranya.

Sementara itu, musuh politik Maduro menuding sang presiden menghancurkan perekonomian, yang dulu jaya.

Penantang utama Maduro pada pemungutan suara Minggu adalah Henri Falcon yang dulu pernah menjabat sebagai mantan gubernur negara bagian. Dia nekat mencalonkan diri karena berharap bisa mengambil keuntungan dari kemarahan 30 juta warga Venezuela yang harus bertahan menghadapi kelangkaan bahan kebutuhan pokok.

Meski sejumlah jajak pendapat menunjukkan bahwa Falcon akan menang, para analis berpendapat bahwa peluangnya tipis mengingat rendahnya tingkat partisipasi serta kecenderungan para komisi pemilu yang memihak Maduro.

Hasil pemilu akan diumumkan pada Minggu malam waktu setempat.

Pada beberapa tempat pemungutan suara yang dikunjungi oleh Reuters, dari kawasan elit Caracas sampai pegunungan Andes dekat perbatasan Kolombia, tingkat partisipasi publik terlihat jauh lebih rendah dibanding pemilu presiden 2013 yang tercatat diikuti oleh 80 persen pemilih.

Kelompok koalisi Persatuan Demokratik, yang memboikot pemilu, memperkirakan tingkat partisipasi yang hanya 25,8 persen pada pukul 13.00 (Senin, 01.00 WIB).

Meski demikian, ada beberapa antrian panjang di sejumlah tempat pemungutan suara di kawasan miskin. Banyak di antara mereka yang mendukung Maduro.

"Saya lapar dan tidak punya pekerjaan, tapi saya tetap mendukung Maduro," kata Carlos Rincones (49) di kota Valencia, yang menuding orang-orang kaya sengaja menyembunyikan makanan untuk menaikkan harga.

Di dekat bilik pemungutan suara, pemerintah mendirikan zona merah tempat warga Venezuela bisa mendapatkan beberapa bantuan berupa makanan dan uang. Maduro juga menjanjikan hadiah. Para pengamat mengatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan cara presiden menggalang dukungan.

Kelompok pendukung Falcon mengatakan menerima sekitar 900 keluhan di zona merah itu.

Peluang Falcon memenangi pemilu semakin tipis dengan munculnya kandidat ketiga, seorang pastur bernama Javier Bertucci yang mendapatkan banyak pendukung dengan membagikan makanan gratis.

Banyak warga Venezuela yang marah terhadap pemilu ini. Mereka marah terhadap pemerintah yang dianggap menyebabkan krisis ekonomi dan kepada oposisi yang tidak mau satu suara.

Pada tahun kelima resesi ekonomi ini, semakin banyak warga Venezuela yang menderita kelaparan, inflasi, imigrasi massal.

Maduro sebagaimana dilansir Antara dari Reuters akan menghadapi tugas berat untuk memulihkan krisis ekonomi, yang membuat nilai mata uang bolivar turun 99 persen pada tahun lalu dan lonjakan inflasi 14.000 persen. Banyak perusahaan asing menarik diri atau mengurangi kegiatan di Venezuela.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru