Loading
Arsip-Gedung markas Uni Eropa di Brussels Belgia. ANTARAAnadolupy
BRUSSEL, ARAHKITA.COM - Uni Eropa menyampaikan kekhawatiran serius terkait keputusan Amerika Serikat yang menggandakan tarif impor baja dari 25% menjadi 50%. Langkah ini dinilai merusak upaya negosiasi dan dapat memicu tindakan balasan dari pihak Eropa.
Dalam pernyataan resmi pada Senin, juru bicara Komisi Eropa, Olof Gill, menegaskan bahwa kebijakan perdagangan terbaru dari Washington membawa dampak negatif bagi stabilitas ekonomi global. Selain meningkatkan biaya produksi dan harga barang bagi konsumen, keputusan ini juga memperburuk ketidakpastian di tengah iklim bisnis internasional.
“Kenaikan tarif ini menghambat proses dialog yang sedang dibangun bersama Amerika Serikat. Kami telah menunjukkan itikad baik dengan menangguhkan respons balasan sejak 14 April, namun tanpa solusi yang memadai, tindakan tegas tak terhindarkan,” ujar Gill dikutip dari Antara.
Uni Eropa Siapkan Serangkaian Langkah BalasanKomisi Eropa saat ini tengah menyelesaikan proses konsultasi internal terkait paket tindakan balasan tambahan. Bila tidak ditemukan kesepakatan yang saling menguntungkan dalam waktu dekat, Uni Eropa memastikan bahwa kebijakan balasan—baik yang telah disiapkan sebelumnya maupun yang baru—akan diberlakukan paling lambat 14 Juli 2025, atau lebih cepat bila situasi memburuk.
Gill menambahkan, “Uni Eropa siap membela hak dan kepentingannya. Kami akan melindungi industri lokal, para pekerja, serta konsumen dari dampak negatif kebijakan proteksionis.”
AS Naikkan Tarif Impor Baja Mulai 4 JuniPemerintah Amerika Serikat dijadwalkan mulai memberlakukan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari kawasan Uni Eropa menjadi 50 persen pada 4 Juni 2025. Langkah ini disebut sebagai bagian dari kebijakan perdagangan untuk melindungi sektor industri domestik mereka.
Namun, bagi Uni Eropa, keputusan ini justru berisiko memicu perang dagang baru antara dua kekuatan ekonomi besar dunia, serta mengancam rantai pasok global yang telah rentan akibat konflik dan pandemi sebelumnya.