Loading
Amien Rais gagal mencerdaskan bangsa. (Solopos)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Lima orang pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais sejak mengundurkan diri sebagai ketua umum PAN sampai sekarang, baik secara pribadi maupun mengatasnamakan PAN, seringkali melakukan kiprah dan manuver politik yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip partai.
Mereka menilai, Amien Rais makin lama makin cenderung ekslusif, tidak menumbuhkan kerukunan bangsa dalam berbagai pernyataan dan sikap politiknya.
Sebagai Ilmuwan ilmu politik, Amien Rais gagal mencerdaskan bangsa dengan ikut mengeruhkan suasana dalam negeri. Antara lain, dengan menebarkan berita kebangkitan PKI, melakukan dan menyebarkan politik destruktif bagi masa depan bangsa misalnya menyebut Armagedon dan kelangsungan hidup PAN.
Pernyataan tersebut disampaikan para pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) di antaranya, Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Prof. Toeti Heraty dan Zumrotin dalam undangan konferensi pers yang sedianya digelar di Cafe Galeri Cemara, Jln. H.O.S. Cokroaminoto No. 9 -11, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/12/2018) sekitar pukul 10.00 WIB.
"Amien Rais sebagai tokoh reformasi, pada akhir-akhir ini telah menjadikan agama sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan. Dalam pernyataan dan sikap politik telah tidak membangun dan menumbuhkan kerukunan bangsa sera cenderung eksklusif," sebut para pendiri PAN dalam undangan konferensi pers tersebut.
"Sebagai ilmuwan ilmu politik, Amien Rais gagal mencerdaskan bangsa dengan ikut mengeruhkan suasana dalam negeri dengan berita kebangkitan PKI, melakukan dan menyebarkan politik destruktif bagi masa depan bangsa (mis. menyebut Armagedon) dan kelangsungan hidup PAN".
Bahkan, Amien Rais sebagai pribadi dan atas nama PAN seringkali melakukan kiprah dan manuver politik yang tidak sejalan dengan prinsip PAN sewaktu didirikan yaitu antara lain bahwa PAN adalah Partai berdasarkan Pancasila yang reformatif dan modern yang terbuka, inklusif, untuk seluruh warga negara, yang mempunyai hak dan kewajiban sama, tidak mengenal pengertian mayoritas dan minoritas, memelihara kemajemukan bangsa dan tidak memosisikan mewakili golongan tertentu.
Demikian tulis para pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang antara lain: Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Prof. Toety Heraty Noerhadi, dan Zumrotin dalam undangan konferensi pers diterima wartawan, Rabu (26/12/2018).
Laporan: Rafael