Loading
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Jenderal TNI Wiranto. (Net)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Menyikapi tidak lolosnya Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dalam Pemilu serentak 2019 ini, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Jenderal TNI (Purnawirawan) Wiranto, mengimbau agar para kader tidak saling menyalahkan.
"Tidak perlu salah menyalahkan. Dua kali partai Hanura lolos Pemilu ya disyukuri. Kalau sekarang tidak lolos kita introspeksi tidak perlu salah menyalahkan apalagi menyalahkan saya," kata Wiranto, usai menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Triwulan Tentang Kebangsaan dan Persatuan Indonesia, di Kantor Pusat PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Jakarta Selatan, Jumat.
Wiranto yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, mengingatkan agar seluruh kader partai instrospeksi diri dengan cara mengevaluasi tentang bagaimana langkah-langkah untuk memenangkan pemilu.
Ia mengaku selama persiapan Pemilu 2019, dia tidak terlibat langsung di partai politik itu karena dia fokus di dalam pemerintahan. "Saya konsen sebagai Menko Polhukam, tidak mengurus partai. Kalau saya disalahkan apanya yang patut disalahkan," kata Wiranto.
Hingga saat ini, kata dia, dia masih fokus dalam penyelenggaraan Pemilu berlangsung aman dan lain-lain. "Mengurus Hanura nanti saja. Bukan sekarang. Nanti keliru lagi," kata Wiranto.Ia berharap penghitungan terakhir pemilu 2019 pada 22 Mei nanti tenang-tenang saja dan menerima apa pun hasilnya.
Partai Hanura didirikan pada 2006 dan pertama ikut Pemilu pada 2009 dan lolos ambang batas. Pada Pemilu 2014, Hanura juga berhasil lolos ke DPR, namun kali ini dia tidak lolos ambang batas Parlemen yang ditetapkan, yaitu empat persen. Partai Hanura masuk dalam koalisi pendukung pasangan calon presiden-wakil presiden, Jokowi-KH Ma'ruf Amin. Berdasarkan data yang masuk dalam Sistem Informasi Perhitungan Suara (Situng) KPU ada pukul 07.00 WIB tercatat pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin masih unggul atas pasangan calon nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga Uno.
Jokowi-Ma'ruf memperoleh 30.858.387 suara (56,06 persen), sementara Prabowo-Sandiaga 24.182.645 suara (43,94 persen) dari data yang sudah masuk berasal dari 292.964 TPS atau sekitar 36 persen.