Selasa, 30 Desember 2025

Waspada Propaganda Kelompok Ekstrem di Tengah Konflik Global, Pesan Eks Napiter


  • Rabu, 18 Juni 2025 | 21:00
  • | News
 Waspada Propaganda Kelompok Ekstrem di Tengah Konflik Global, Pesan Eks Napiter Mantan napiter Arif Budi Setyawan (Foto: Istimewa/RM.id)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Konflik global yang terjadi, khususnya di kawasan Timur Tengah, berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk menyebarkan ideologi radikal. Peringatan ini disampaikan oleh mantan narapidana kasus terorisme, Arif Budi Setyawan, yang menilai bahwa masyarakat harus lebih kritis dalam menyikapi arus informasi dan narasi yang beredar.

Menurut Arif, kelompok garis keras kerap memanfaatkan isu-isu sensitif sebagai pintu masuk untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota baru, hingga menggalang dana. Ia menegaskan bahwa konflik global, seperti perang, tidak bisa dilepaskan dari motif politik dan ekonomi, meskipun kerap dibungkus dengan narasi keagamaan.

“Perang membutuhkan energi, pasukan, dan dorongan kuat. Seringkali, agama dijadikan alat untuk memobilisasi dukungan,” ujar Arif dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/6/2025).

Narasi Ekstrem dan Polarisasi Sosial

Arif mengingatkan agar masyarakat tidak langsung menerima narasi ekstrem yang tersebar di media sosial, apalagi yang mengandung ujaran kebencian, pengkafiran, atau ajakan untuk memusuhi pihak lain. Menurutnya, hal ini bisa menimbulkan polarisasi yang membahayakan persatuan bangsa.

“Kita perlu bertanya: narasi ini mengarah ke mana? Apakah membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa, atau justru memecah belah?” tambahnya.

Sebagai mantan simpatisan kelompok Jamaah Islamiyah, Arif memahami pola penyebaran narasi hitam-putih yang sering digunakan kelompok radikal. Ia menyebut strategi ini membuat publik gagal melihat kompleksitas konflik dan terjebak pada dikotomi benar-salah berdasarkan sudut pandang sempit.

Contohnya adalah kelompok ISIS dan jaringan pendukungnya, yang kerap membawa konflik global ke dalam wacana pendirian negara Islam. Namun menurut Arif, tujuan mereka lebih bersifat politis dan strategis, bukan semata-mata perjuangan agama.

“ISIS menggunakan simbol agama, tapi tujuannya lebih kepada penguasaan wilayah dan kepentingan geopolitik,” ungkapnya.

Bijak di Era Informasi dan Donasi Terverifikasi

Arif juga mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengambil sikap di tengah derasnya arus informasi, terutama di media sosial. Ia menyarankan agar pandangan masyarakat tetap selaras dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia serta hanya menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui lembaga resmi dan terpercaya.

“Kalau individu langsung bersikap ekstrem atau bahkan berhijrah untuk ikut konflik, bisa jadi malah terjebak seperti kasus ISIS dulu,” pungkasnya dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru