Loading
Perumahan The Arthera Hill Ekstension Bekasi Saat banjir. (Lambe Turah)
CIKARANG, ARAHKITA.COM - Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang menuntut pertanggungjawaban pengembang perumahan The Arthera Hill Ekstension di Desa Jayasampurna, Kecamatan Serang Baru, atas banjir berulang yang terus menerjang kawasan itu.
Dalam pernyataan di Cikarang pada Kamis, Ade menegaskan bahwa banjir yang terjadi hingga enam kali dalam setahun menjadi bukti lemahnya perencanaan infrastruktur pengendali air dari pihak pengembang. Ia menilai pengembang lalai dalam memperhitungkan fungsi kawasan yang semula merupakan daerah resapan air.
"Penanganan banjir di Perumahan The Arthera Hill Ekstension sepenuhnya masih menjadi tanggung jawab pihak pengembang. Resapan air tidak ada, ini kesalahan pembangunan," kata Ade.
"Resapan air tidak ada, jadi kita sebagai pemerintah harus lebih fokus kepada pengembang. Bagaimana pengembang ini bertanggung jawab atas kesalahan pembangunan rumah yang sudah dipasarkan ke masyarakat. Karena kan perumahan tidak gratis, mereka beli dan pengembang sifatnya bisnis," tambah Ade.
Ade menjelaskan lahan yang digunakan untuk pembangunan Perumahan The Arthera Hill Ekstension sebenarnya tidak diperuntukkan untuk kawasan hunian, melainkan daerah resapan air, sehingga pengembang dituntut membangun infrastruktur pengendali banjir di area proyek perumahan mereka.
"Kalaupun kita bantu, mungkin bisa dibantu tetapi ini nggak bakal selesai. Sedangkan banjir di situ itu hampir semua bangunan rumah terdampak. Ketika banjir meliputi semua struktur bangunan, kerusakan itu fatal dibandingkan dengan rumah yang hanya terkena banjir satu meter atau di bawah satu meter," katanya.
Dirinya juga menyoroti minim laporan intensif dari dinas terkait mengenai penanganan bencana banjir di wilayah itu. Pemerintah daerah akan mengupayakan audiensi dengan pihak pengembang untuk mencari solusi atas masalah ini.
"Ke depan kita akan lebih fokus kepada pengembang. Kita akan audiensi agar mereka bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan. Karena ini menyangkut kenyamanan dan keamanan masyarakat yang tinggal di sana," ucapnya dikutip Antara.
Perumahan The Arthera Hill Ekstension menjadi sorotan setelah diterjang banjir sebanyak enam kali dalam kurun waktu satu tahun sejak dibangun pertengahan tahun 2024. Banjir dengan ketinggian mencapai tiga meter memaksa sebagian besar warga meninggalkan rumah karena tidak mampu menanggung dampak.
Salah seorang warga terdampak Adam mengungkapkan bahwa kerugian akibat banjir tidak hanya berupa materi tetapi juga dampak psikologis pada keluarganya. "Kalau materi masih mungkin ada jalan lagi, tapi kalau masalah mental anak itu berat, itu nggak ada harganya," katanya.
Hingga kini warga masih menunggu tindakan nyata pihak pengembang untuk merealisasikan tuntutan mereka. Warga meminta relokasi unit, pembelian kembali rumah oleh pengembang atau buy back maupun penanganan permanen berupa pemasangan sheet pile beton di bantaran Kali Cikarang sebagai solusi jangka panjang.