Selasa, 30 Desember 2025

BMKG: Ada 18.503 Sambaran Petir Selama Bencana Banjir di Bali


  • Kamis, 18 September 2025 | 11:30
  • | News
 BMKG: Ada 18.503 Sambaran Petir Selama Bencana Banjir di Bali BMKG: Ada 18.503 Sambaran Petir Selama Bencana Banjir di Bali. (RRI)

 JAKARTA, ARAHKITA.COM  - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 18.503 sambaran petir terjadi di Bali selama periode 8–14 September 2025. Fenomena ini berlangsung menjelang dan saat masa tanggap darurat banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Dewata.

Kepala Stasiun Geofisika BMKG, Rully Oktavia Hermawan, menyebut bahwa sebagian besar sambaran petir merupakan jenis petir dari awan ke tanah (cloud to ground/CG), yang jumlahnya mencapai 15.979 sambaran. Sementara itu, sambaran petir di dalam awan (intracloud/IC) tercatat sebanyak 2.524.

Menurut BMKG, sambaran petir dari awan ke tanah tergolong paling berbahaya karena berpotensi menimbulkan kerusakan bangunan, kebakaran, hingga korban jiwa. Dari total petir CG tersebut, sebanyak 5.857 adalah petir bermuatan positif (CG+), yang umumnya memiliki satu sambaran tunggal. Sisanya, 10.122 sambaran merupakan petir bermuatan negatif (CG-) yang sering bercabang dan menyebar.

Wilayah paling terdampak oleh sambaran petir adalah Kabupaten Tabanan dengan total 8.265 kejadian. Disusul Kabupaten Badung sebanyak 2.390 sambaran, Buleleng 1.921, Gianyar 826, Klungkung 821, dan Kota Denpasar dengan 688 sambaran. Daerah lainnya mencatat jumlah sambaran yang lebih sedikit.

BMKG menyebut bahwa tingginya sambaran petir di Tabanan mengindikasikan aktivitas pembentukan awan konvektif yang intens, terutama awan cumulonimbus (CB) yang dikenal sebagai pemicu utama sambaran petir dan hujan lebat.

Jika ditinjau dari kepadatan wilayah, aktivitas petir di Bali tergolong bervariasi. Ada wilayah yang mengalami kurang dari delapan sambaran per kilometer persegi (kategori rendah), dan beberapa daerah yang mencatat lebih dari 16 sambaran per kilometer persegi (kategori tinggi).

Sebelumnya, dilansir Antara, banjir besar dan tanah longsor terjadi secara bersamaan di tujuh kabupaten/kota di Bali pada Rabu (10/9) dini hari, setelah hujan ekstrem turun sejak Selasa (9/9). BMKG mencatat curah hujan mencapai 380 milimeter dalam sehari, setara dengan rata-rata curah hujan selama satu bulan penuh.

Gubernur Bali, Wayan Koster, menyebut bencana ini sebagai kejadian luar biasa yang diperkirakan belum pernah terjadi dalam 70 tahun terakhir. Akibat bencana tersebut, 18 orang dinyatakan meninggal dunia, sementara empat lainnya masih dalam pencarian karena dilaporkan hilang.

Pemerintah Provinsi Bali secara resmi mencabut status tanggap darurat banjir per Rabu (17/9) dan kini memasuki masa pemulihan pasca-bencana.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru