Selasa, 30 Desember 2025

BNPT Ingatkan Bahaya Radikalisasi yang Menyusup Lewat Game Online


  • Rabu, 01 Oktober 2025 | 12:30
  • | News
 BNPT Ingatkan Bahaya Radikalisasi yang Menyusup Lewat Game Online Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono dalam Rapat Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga Dalam Rangka Membahas Upaya Pencegahan Radikalisasi di Dunia Maya di Jakarta, Selasa (30/9/2025). (ANTARA/HO-Pusat Media Damai BNPT RI)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap ancaman radikalisasi yang kini merambah dunia gim daring (game online). Fenomena ini disebut mengkhawatirkan karena menyasar anak-anak dan remaja, kelompok usia yang paling rentan terpapar ideologi ekstrem.

Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono, mengungkapkan sedikitnya 13 anak di Indonesia telah terhubung dengan simpatisan teroris melalui permainan daring populer, Roblox. Dari ruang permainan, interaksi kemudian bergeser ke aplikasi komunikasi tertutup seperti Telegram dan WhatsApp, tempat indoktrinasi dilakukan lebih intens.

“Ini pola rekrutmen baru. Anak-anak tidak hanya menjadi target propaganda di media sosial, tetapi juga di gim daring yang mereka mainkan sehari-hari. Hal ini menjadi tantangan besar bagi semua pihak,” kata Komjen Eddy saat Rapat Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga di Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Radikalisasi Lewat Gim, Fenomena Global

Eddy menegaskan fenomena serupa juga terjadi di luar negeri. Pada 2024, seorang remaja 16 tahun di Singapura ditangkap karena membuat simulasi zona militer Afghanistan di Roblox yang kemudian digunakan untuk menarik simpatisan radikal.

Kasus serupa ditemukan di Amerika Serikat dan Jerman, di mana gim daring dimanfaatkan untuk menyebarkan narasi kebencian, termasuk ideologi Nazi. Menurut Eddy, pola ini selaras dengan peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa terorisme global kini semakin adaptif.

“Meski pengaruh Al-Qaeda dan ISIS di Asia Tenggara menurun, faktor lokal seperti ketidakadilan sosial dan isu politik tetap menjadi pemicu radikalisasi,” jelasnya.

Eddy juga menyoroti penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan konten propaganda. Konten buatan mesin yang sulit dibedakan dari asli dapat menyesatkan masyarakat jika terus disebarkan.

Kolaborasi Jadi Kunci Pencegahan

BNPT menekankan perlunya koordinasi lintas kementerian/lembaga untuk memperkuat literasi digital, meningkatkan pengawasan ruang siber, serta memberi perlindungan khusus bagi anak-anak dan remaja.

“Kita semua, terutama orang tua, harus mewaspadai ruang baru radikalisasi ini. Jangan sampai anak-anak kita justru belajar kebencian lewat permainan,” tegas Eddy.

Sejalan dengan itu, Direktur Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Densus 88 Antiteror Polri, Brigadir Jenderal Polisi Arif Makhfudiharto, menyambut baik inisiatif BNPT. Menurutnya, kolaborasi menjadi kunci agar pencegahan radikalisasi di dunia digital berjalan lebih efektif.

Arif menambahkan bahwa pola perekrutan kini telah sepenuhnya bergeser ke ranah daring. Jika dulu proses dimulai dari tatap muka, baiat, pelatihan, hingga aksi teror dilakukan langsung, kini semua tahapan bisa dijalankan secara virtual—bahkan baiat dan latihan persiapan pun berpindah ke dunia maya.

“Ketika seorang anak menghadapi masalah pribadi, mereka lebih mudah terjerumus dalam jejaring radikal melalui ruang digital. Ini masalah serius yang harus ditangani bersama,” ujar Arif dikutip Antara.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru