Loading
Arsip foto - Bencana longsor di sekitar objek wisata dan sumber mata air Cipondok yang menjadi sumber mata air perusahaan air minum kemasan di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/YU/aa.
BANDUNG, ARAHKITA.COM — Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik PT Tirta Investama (Aqua) di Subang pada Rabu (22/10/2025). Dalam kunjungan tersebut, Dedi menerima langsung keluhan dari warga sekitar yang mengaku kesulitan mendapatkan air bersih.
Melalui video yang diunggah di media sosial pribadinya, Dedi mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi warga di sekitar pabrik air minum dalam kemasan tersebut.
“Jangan sampai terjadi seperti ini. Air diambil dari sini, dijual mahal, tapi warga di sekitar gunung justru tidak bisa mandi karena kekurangan air bersih,” tegas Dedi.
Baca juga:
Wajib Militer Dedi Mulyadi bagi Anak Sekolah Bermasalah, Berseberangan dengan Konsep PedagogiMenurutnya, aktivitas industri seharusnya tidak mengorbankan kebutuhan dasar masyarakat. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara operasi perusahaan dan hak warga atas air bersih.
Dalam dialog terbuka bersama warga, seorang ketua RW menyampaikan bahwa hingga kini belum ada program distribusi air bersih dari pihak perusahaan yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Enggak ada, Pak. Saya ketua RW-nya, tapi belum pernah sekalipun minum dari Aqua,” ujarnya dikutip Antara.
Krisis Air di Sekitar Pabrik Aqua Bukan Hal Baru
Fenomena serupa ternyata juga dilaporkan di beberapa wilayah lain tempat pabrik Aqua beroperasi — seperti Klaten, Bogor, dan Pasuruan. Warga di daerah tersebut menyebut sumur-sumur mulai mengering saat musim kemarau, memaksa mereka membeli air untuk kebutuhan harian.
Sebuah riset yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada tahun 2021 menemukan adanya penurunan debit air irigasi hingga 76 persen di Desa Kepanjen, Klaten, setelah pabrik mulai beroperasi. Dampaknya, biaya produksi pertanian meningkat hingga 62 persen karena berkurangnya pasokan air.
Para pengamat menilai situasi ini sebagai sinyal kuat perlunya evaluasi pengelolaan sumber daya air di kawasan industri, agar kegiatan ekonomi tidak merusak keseimbangan lingkungan dan kehidupan masyarakat.
Tanggapan dari Pihak AquaMenanggapi keluhan warga dan sorotan publik atas sidak tersebut, pihak PT Tirta Investama (Aqua) menyatakan bahwa mereka telah dan akan terus berupaya melibatkan masyarakat serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam proses pengelolaan air.
Pihak perusahaan menegaskan komitmennya untuk menjaga penggunaan air secara adil, transparan, dan berkelanjutan.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa air bukan hanya sumber bisnis, melainkan hak dasar manusia. Keseimbangan antara industri dan kebutuhan masyarakat harus dijaga agar pembangunan tidak menimbulkan ketimpangan baru di tengah krisis air bersih yang makin meluas.