Loading
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor Griffith University Australia. (Foto: Dok. Pribadi)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Kabar mengenai dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdiagnosis kusta di Rumania menarik perhatian publik internasional. Menanggapi laporan tersebut, Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Adjunct Professor Griffith University Australia, menyampaikan sejumlah catatan penting dari sudut pandang kesehatan masyarakat global.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menilai kasus ini bukan sekadar isu medis, melainkan juga berkaitan erat dengan mobilitas manusia lintas negara dan pengendalian penyakit menular yang berkelanjutan.
1. Kasus Pertama Setelah Lebih dari 40 Tahun
Menurut Prof. Tjandra, dua WNI tersebut tercatat sebagai kasus kusta pertama di Rumania dalam lebih dari empat dekade terakhir. Fakta ini menjadi ironi tersendiri karena penyakit yang telah lama menghilang di negara tersebut justru kembali muncul melalui pekerja migran asal Indonesia.
2. Dugaan Rantai Penularan dari Asia
Laporan media internasional menyebutkan bahwa salah satu pasien diketahui baru kembali dari Asia setelah merawat ibunya yang juga menderita kusta selama sekitar satu bulan. Kondisi ini menunjukkan kemungkinan rantai penularan keluarga yang kemudian terbawa hingga ke Eropa.
Prof. Tjandra menilai, Kementerian Kesehatan RI perlu menelusuri lebih lanjut fasilitas kesehatan tempat sang ibu dirawat, termasuk melakukan pemetaan pola penularan agar kejadian serupa tidak terulang.
3. Respons Cepat Otoritas Kesehatan Rumania
Pemerintah Rumania disebut bertindak cepat dan terukur. Setidaknya ada tiga langkah utama yang diambil, yakni:
Langkah ini dinilai sebagai contoh penanganan penyakit menular yang sigap dan berbasis pencegahan.
4. Kusta Masih Jadi Masalah di Indonesia
Prof. Tjandra mengingatkan bahwa kusta hingga kini masih menjadi tantangan kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2025, tercatat lebih dari 10.450 kasus baru kusta tersebar di 38 provinsi.
Indonesia masih berada dalam tiga besar negara dengan jumlah kasus kusta tertinggi di dunia, bersama Brasil dan India. Fakta ini menunjukkan bahwa eliminasi kusta belum sepenuhnya tercapai, meski upaya telah dilakukan selama puluhan tahun.
5. Kusta Termasuk Penyakit Tropis Terabaikan
Kusta masuk dalam kategori Neglected Tropical Diseases (NTD) atau penyakit tropis terabaikan. Selain kusta, Indonesia juga masih menghadapi berbagai NTD lain seperti kaki gajah (filariasis), schistosomiasis, kecacingan, dan frambusia.
Menurut Prof. Tjandra, penyakit-penyakit ini kerap luput dari perhatian publik meski berdampak besar terhadap kualitas hidup masyarakat.
Tantangan Kesehatan yang Perlu Ditangani Serius
Kasus kusta yang melibatkan WNI di Rumania menjadi pengingat bahwa penyakit menular tidak mengenal batas negara. Mobilitas global menuntut sistem kesehatan nasional yang kuat, deteksi dini yang optimal, serta edukasi masyarakat yang berkelanjutan.
“Penyakit tropis terabaikan seperti kusta adalah tantangan kesehatan masyarakat yang harus ditangani secara konsisten dan menyeluruh,” ujar Prof. Tjandra. Ia berharap, upaya pengendalian dapat diperkuat agar kasus serupa tidak kembali terulang, baik di dalam maupun luar negeri.