Loading
Ratusan aksi Massa Komunitas Tikus Pithi Hanata Baris menuntut adanya Calon Presiden Independen pada pemilu serentak 17 April 2019 mendatang. (Arahkita/Dominikus Lewuk)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menerima ratusan massa aksi yang menuntut adanya Calon Presiden Independen pada pemilu serentak 17 April 2019 mendatang dimana pertemuan itu berlangsung di pintu gerbang kompleks Parlemen Jl. Jenderal Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Senin (18/3/2019).
Massa berasal dari Komunitas Tikus Pithi Hanata Baris. Mereka mengenakan kaos hitam bertuliskan Yen Ora Mas Tuntas Ora. Dalam tuntutannya mereka meminta MPR melaksanakan sidang istimewa untuk memberi jalan bagi lahirnya Calon Presiden Independen.
Dalam kesempatan itu Sigit salah satu peserta aksi massa menjelaskan bahwa mereka mengajukan Tiga Tuntutan Nusantara (Tritura) yang berisi pertama, kembalinya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kedua, kembalinya kedaulatan di tangan rakyat yang sebenarnya melalui dibukanya jalur independen dalam pencalonan Pilpres, anggota DPR dan anggota MPR. Sementara tuntutan ketiga adalah terwujudnya masyarakat gemah Ripah loh jinawi, Tata Titi Tentram Kerta Raharja, tercukupinya sandang pangan papan secara riil.
Menjawab tuntutan mereka, Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan terima kasih karena para pendemo telah datang ke kompleks parlemen di Senayan Jakarta dengan penuh kedamaian. Kedatangan mereka kata Zulkifli patut dihargai karena mass aksi tersebut mau meninggalkan pekerjaan, keluarga, dan menggunakan ongkos sendiri.
Dijelaskan Zulkifli, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hanya membolehkan Calon Presiden yang berasal dari partai politik atau gabungan partai politik. Berbeda dengan Bupati dan gubernur yang boleh berasal dari calon independen.
Tetapi kata Zulkifli bukan tidak mungkin ada capres independen, namun harus dibicarakan lebih lanjut. Caranya harus mengubah UUD terlebih dahulu.
"Sekarang adalah tahun politik. Karena itu semua pihak harus menjaga perdamaian dan persatuan. Pesta demokrasi ini merupakan pemilihan biasa yang diselenggarakan setiap lima tahun. Karena itu tidak boleh ada keributan," imbuhnya.
Di akhir pertemuan Zuklifli yang juga Ketua Umum PAN mengatakan,"Kita memilih diantara teman sendiri. Kita bukan menghadapi Belanda, tapi kita berhadapan dengan sesama anak bangsa. Karena itu mari ciptakan pemilu yang menggembirakan, damai dan menyenangkan".