Loading
Kapolsek Malaka Tengah AKP Rinaldi Hastomo saat memberikan keterangan kepada wartawan. (Arahkita/Cyriakus Kiik)
BETUN, ARAHKITA.COM - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menerapkan sistem keamanan Siaga I di Perbatasan Timor bagian selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan negara Timor Leste.
Kapolsek Malaka Tengah AKP Rinaldi Hastomo kepada wartawan di Betun, ibukota Kabupaten Malaka, Jumat (18/05/2018), menegaskan, langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi gerakan teroris di sepanjang kawasan perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan negara Timor Leste.
Kabupaten Malaka adalah wilayah Indonesia yang berbatasan langsung dengan wilayah darat negara Timor Leste, Distrik Covalima.
Selain batas darat, Kabupaten Malaka juga berbatasan laut dengan negara Australia.
Menurut Kapolsek Rinaldi, sistem keamanan Siaga I di Perbatasan Timor ini atas perintah Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian.
Secara berjenjang, perintah itu diterima dan dilaksanakan Kapolda NTT. Dilanjutkan kepada Kapolres Belu.
“Kapolres Belu sudah memerintahkan kami untuk memberlakukan Siaga I”, tandas Kapolsek Rinaldi.
Kepada masyarakat Malaka, Kapolsek Rinaldi berharap tidak terpancing dengan isu-isu yang sesat dan mewaspadai orang-orang yang mencurigakan.
“Kalau ada orang yang gerakannya mencurigakan, tolong diinformasikan kepada kepolisian”, kata Kapolsek Rinaldi.
Dia berharap masyarakat setempat tetap menjaga kebersamaan dan persaudaraan.
“Masyarakat harus tetap menjaga keharmonisan bersama”, tandasnya.
Sistem keamanan Siaga I ini diberlakukan Polri di seluruh wilayah Indonesia pasca-amukan massal narapidana teroris (napiter) di Rumah Tahanan (Rutan) Markas Komando (Mako) Brigade Mobil (Brimob) Depok, Jawa Barat (Jabar), minggu lalu.
Dalam amukan massal itu, enam anggota Brimob menjadi korban. Lima di antaranya meninggal dunia. Sedangkan satu polisi wanita (polwan) mengalami luka berat.
Menyusul peristiwa ini, tiga gereja di Surabaya-Jawa Timur (Jatim) mengalami pemboman pada Minggu (13/5/2018). Dalam aksi bom itu, bangunan gereja porak-poranda. Ada pula jemaat yang meninggal dunia, luka berat dan ringan. (Cyriakus Kiik)