Rabu, 31 Desember 2025

Jumlah Pemudik Lebaran Tahun ini Berkurang Hampir 50 Juta Orang


  • Senin, 31 Maret 2025 | 22:00
  • | News
 Jumlah Pemudik Lebaran Tahun ini Berkurang Hampir 50 Juta Orang Ilustrasi-Pemudik Lebaran 2025. (Antaranews)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan bersama sejumlah akademisi menyebutkan,  jumlah pemudik turun 24,34% dari 193,6 juta orang tahun lalu menjadi 146,48 juta pada Lebaran tahun ini.

Artinya, total pemudik tahun ini kemungkinan hanya 146,48 juta orang alias berkurang 47,12 juta orang dari tahun lalu. Meskipun tidak dipaparkan apa penyebabnya, tapi pengamat ekonomi menyebut lesunya daya beli masyarakat, masifnya pemutusan hubungan kerja, hingga pengurangan bantuan sosial menjadi faktor kuat pemicu fenomena "anomali" tersebut.

Supriyono dan Hamidah adalah dua di antara ratusan buruh yang harus mengurungkan niatnya untuk pulang kampung gara-gara tak punya biaya setelah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) baru-baru ini.

Tabungan yang kian menipis itu, kata mereka, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari."Sedih tidak bisa kumpul bareng keluarga, tapi mau bagaimana tabungan menipis dan dipakai benar-benar untuk kebutuhan primer saja," ucap Supriyono lirih.

"Saya enggak bisa pulang karena ongkosnya mahal, terus nanti balik ke Jakarta biaya lagi. Enggak mungkin kita pulang, enggak kasih apa-apa kan?" ujar Hamidah mengeluh.

"Benar, besaran potensi pergerakan masyarakat saat mudik lebaran tahun ini (2025) mengalami penurunan dibanding tahun lalu," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, Sabtu (22/03), seperti dilansir dari Antara.

Hanya saja, Kemenhub tidak memaparkan apa penyebabnya karena disebut tidak menjadi fokus dalam penelitian yang dilakukan pada Februari lalu.Selain itu, klaimnya, ada kemungkinan keputusan masyarakat berubah bergantung pada situasi dan kondisi yang memengaruhi keputusan akhir.

Namun hasil survei Kemenhub tersebut rupanya terbukti. Dari data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati) menunjukkan akumulasi pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum hingga H-3 Lebaran sebesar 6,75 juta orang atau turun 4,8% dari tahun lalu.

Penurunan paling tajam terjadi pada moda bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yaitu 10,2%. Selanjutnya moda pesawat yang turun 6,8% dan kapal laut 4,8%.

Apa saja faktor penyebab angka pemudik anjlok?Direktur Kebijakan Publik dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, memaparkan anjloknya jumlah pemudik pada musim Lebaran tahun ini dipengaruhi oleh beberapa hal.

Pertama, yang sangat kentara terlihat adalah lesunya daya beli masyarakat.

"Daya beli masyarakat itu lagi sulit-sulitnya. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sampai layanan jasa seperti tiket bus, kereta, bahkan pesawat sudah pasti memengaruhi," jelasnya kepada BBC News Indonesia, Minggu (30/3/2025).

Pantauan Celios, ambruknya daya beli masyarakat sebetulnya sudah terasa sejak pertengahan tahun lalu. Kala itu Indonesia tercatat mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September 2024.

Deflasi kembali berlanjut pada Februari lalu, atau satu bulan jelang Ramadan—masa di mana tingkat konsumsi masyarakat biasanya meningkat.

"Jadi memang daya beli masyarakat lagi rendah-rendahnya."

Lesunya daya beli ini, sambung Askar, tak lepas dari tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor. Mulai dari industri manufaktur, teknologi, perbankan, pengolahan, jasa, hingga ritel.

Tapi sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang paling banyak menyumbang PHK.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sebanyak kurang lebih 80.000 orang mengalami PHK sepanjang 2024. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar di angka 60.000 orang.

"Dan saat orang di-PHK, mereka pasti menyimpan uangnya untuk membeli yang penting-penting saja kan?" imbuhnya sebagaimana dikutip dari laman BBC Indonesia.

Faktor berikutnya selain PHK, ketidakpastian usaha dan upah yang stagnan.

"Masyarakat kan juga cerdas ya, mereka harus berhati-hati mengelola keuangan. Yang punya usaha karena perlambatan ekonomi daripada pulang kampung menghabiskan uang, lebih baik menahan."

Terakhir adalah terjadi penurunan bantuan sosial ke masyarakat. Pengamatan Celios, turunnya sekitar 16% atau dari Rp168 triliun pada tahun lalu kini menjadi Rp140 triliun saja.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

News Terbaru