Loading
Ilustrasi - Sepak bola wanita. ANTARA/Pixabay/pri. (ANTARA/Pixabay)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Montpellier HSC mengeluarkan bantahan keras terkait tuduhan rasisme yang disampaikan mantan pemainnya, Mary Fowler. Penyerang tim nasional Australia itu mengungkap dalam memoarnya Bloom bahwa ia pernah menerima sebuah pisang sebagai “hadiah perpisahan” dari rekan setimnya pada 2022—sesuatu yang ia anggap tidak pantas dan menyakitkan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Kamis (20/11/2025), Montpellier mengaku terkejut dengan isi buku Fowler dan menegaskan tidak ada fakta maupun bukti yang mendukung klaim tersebut.
“Sejumlah tuduhan itu sangat serius, dan kesimpulan yang mengarah pada anggapan bahwa klub adalah entitas rasis jelas tidak dapat diterima,” demikian pernyataan klub yang dikutip dari Fox Sports, Jumat (21/11/2025).
Fowler bergabung dengan Montpellier pada usia 17 tahun pada 2020 dan tampil selama dua setengah musim sebelum hengkang ke Manchester City. Dalam bukunya, Fowler menyinggung momen akhir musim, di mana pemain yang akan meninggalkan klub seharusnya menerima karangan bunga pada laga kandang terakhir. Ia mengaku tidak dilibatkan dalam prosesi tersebut, dan setelah pertandingan malah diberi sebuah pisang oleh rekan setimnya.
“Beberapa pemain bertanya kenapa kami tidak dapat bunga, kami juga tidak tahu. Lalu salah satu pemain datang dan memberikan pisang sambil berkata ‘Ambil ini’. Itu jadi titik terendah,” tulis Fowler dilansir Antara.
Montpellier menyampaikan kronologi berbeda. Klub menegaskan bahwa pada laga 1 Juni 2022 melawan Bordeaux, hanya pemain yang kontraknya berakhir pada musim tersebut yang mendapat rangkaian bunga. Fowler maupun rekannya yang disebut dalam buku masih memiliki kontrak hingga 30 Juni 2023, sehingga tidak termasuk dalam tradisi “perpisahan” itu.
Terkait dugaan pemberian pisang di ruang ganti, Montpellier mengaku telah berbicara dengan seluruh pihak yang hadir hari itu. Kesimpulannya: tidak ditemukan kejadian seperti yang diceritakan Fowler.
“Rasisme adalah isu serius yang tidak boleh dijadikan bahan eksploitasi. Klub menegaskan komitmen penuh untuk melawan segala bentuk diskriminasi,” tegas Montpellier