Loading
Nasional Di Beijing, Megawati Suarakan Kemerdekaan Palestina, Sebut Dasa Sila Bandung Hasil Konferensi Asia Afrika Belum Tuntas Photo Author Muhammad Ridwan - Kamis, 10 Juli 2025 | 16:36 WIB Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam forum Global Civilization Dialogue yang digelar di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, Kamis (10/7). (PDIP) Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam forum Global Civilization Dialogue yang digelar di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, Kamis (10/7). (PDIP/Jawa Pos)
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, kembali menggaungkan pentingnya nilai-nilai Dasa Sila Bandung yang lahir dari Konferensi Asia Afrika 1955, sebagai pijakan moral dalam memperjuangkan keadilan global. Dalam pidatonya di forum Dialog Peradaban Global di Beijing, Kamis (10/7/2025), Megawati menyoroti nasib bangsa Palestina yang hingga kini masih terjajah.
“Dengan segala pencapaian yang telah diraih negara-negara merdeka, saya harus jujur menyatakan: semangat Dasa Sila Bandung belum sepenuhnya selesai,” ujar Megawati di hadapan sekitar 600 peserta dari 144 negara.
Menurut Megawati, penderitaan rakyat Palestina menjadi bukti nyata bahwa dunia belum sepenuhnya menjalankan prinsip-prinsip solidaritas dan anti-penjajahan yang dahulu dikumandangkan di Bandung.
“Palestina masih memperjuangkan hak paling mendasarnya — untuk menjadi bangsa merdeka dan berdaulat,” tegasnya.
Ia juga menyinggung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ironisnya belum mampu menggugah kesadaran moral kolektif untuk menghentikan ketidakadilan yang terus terjadi.
“Dunia memang melesat maju secara teknologi, tetapi hati nurani kita belum seluruhnya bergerak,” ungkap Megawati.
Dasa Sila Bandung Masih Relevan
Dasa Sila Bandung merupakan sepuluh prinsip moral-politik yang dirumuskan dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. Di antaranya: penghormatan terhadap kedaulatan negara, penolakan terhadap kolonialisme dan rasisme, serta dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan nasional. Prinsip-prinsip ini menjadi dasar solidaritas negara-negara berkembang (Global South) melawan dominasi kekuatan global yang timpang.
Megawati mengingatkan, nilai-nilai itu tak boleh hanya dikenang sebagai sejarah, tetapi perlu diwujudkan dalam aksi nyata, terlebih di tengah krisis kemanusiaan yang terus terjadi.
“Apa yang dirintis 70 tahun lalu di Bandung bukan hanya arsip sejarah. Ia adalah panggilan moral yang masih sangat relevan hari ini,” tuturnya dikutip Antara.
Forum Dunia, Suara untuk Keadilan
Sebagai pembicara pertama dalam forum internasional tersebut, Megawati bergabung dengan sejumlah tokoh dunia lainnya, termasuk Presiden Namibia Nangolo Mbumba, mantan PM Jepang Yukio Hatoyama, mantan PM Mesir Essam Sharaf, serta mantan PM dari Belgia dan Nepal.
Pesan Megawati menjadi penanda penting bahwa Indonesia tetap memegang teguh peran historisnya sebagai pengusung keadilan global, sekaligus suara Asia-Afrika untuk perdamaian dunia.