Selasa, 30 Desember 2025

Simak dan Pelajari Alasan Mengapa Banyak Startup Gagal!


 Simak dan Pelajari Alasan Mengapa Banyak Startup Gagal! Simak dan Pelajari Alasan Banyak Startup Gagal (Freepik)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyoroti penyebab utama banyaknya perusahaan rintisan atau startup di Indonesia yang gagal bertahan di pasar. Salah satu faktor utamanya adalah produk atau layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sekretaris Deputi Bidang Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Yurike Patrecia Marpaung, menjelaskan bahwa banyak startup tidak memiliki strategi pemasaran yang tepat sehingga inovasi yang dihasilkan tidak sejalan dengan kebutuhan pasar.

“Banyak sekali startup gagal, alasan utamanya no marketing. Jadi, sebenarnya apa yang dihasilkan startup tidak inline dengan apa yang dibutuhkan masyarakat,” ujar Yurike dalam acara Jakarta Innovation Days (JID) 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (21/10) malam.

Selain faktor pemasaran, Yurike menyebut kurangnya dukungan, baik dari sisi pendanaan maupun regulasi, turut memperbesar risiko kegagalan startup. Ia menilai hasil riset yang dikembangkan tidak langsung berdampak pada perekonomian karena masih berada pada tahap pengembangan teknologi atau model.

“Sering kali startup jatuh karena riset yang mereka kembangkan tidak mendapat dukungan pendanaan atau regulasi. Dampaknya meluas pada ekosistem riset dan inovasi,” kata Yurike.

Untuk mengatasi masalah tersebut, BRIN mendorong peran aktif Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) dalam menjembatani kebutuhan riset di berbagai wilayah. BRIDA diharapkan dapat menjadi penghubung antara peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah daerah agar riset yang dilakukan benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat.

“BRIDA bisa membantu menyaring riset-riset agar memenuhi kualifikasi dan bisa diintegrasikan dalam kebijakan,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta juga memperkenalkan inisiatif Jakarta Research and Innovation Ecosystem (JRIE). Program ini akan menjadi wadah kolaborasi antara akademisi, startup, inovator, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan BUMD untuk mencari solusi inovatif bagi permasalahan Jakarta.

Kepala Pusat Riset dan Inovasi Daerah Bappeda DKI Jakarta, Andhika Ajie, mengatakan JRIE tidak hanya ditujukan untuk startup di ibu kota, tetapi juga terbuka bagi startup dari daerah lain di Indonesia.

“Kami akan segera meluncurkan JRIE. Startup dari mana pun bisa bergabung, siapa tahu bisa ikut menyelesaikan permasalahan Jakarta,” ujar Andhika dikutip Antara.

Melalui kolaborasi ini, pemerintah berharap dapat memperkuat ekosistem riset dan inovasi nasional, serta menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi pertumbuhan startup di Indonesia.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Arah Preneur Terbaru