Selasa, 30 Desember 2025

Waspadai Dampak Konflik Iran-Israel, INDEF: Indonesia Perlu Siapkan Langkah Antisipatif


 Waspadai Dampak Konflik Iran-Israel, INDEF: Indonesia Perlu Siapkan Langkah Antisipatif Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus di Jakarta, Senin (12/8/2019). ANTARA/AstridFaidlatulHabibah/pri.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya mengguncang kawasan Timur Tengah, tetapi juga berpotensi memengaruhi kestabilan ekonomi global. Indonesia, meski tidak terdampak langsung, perlu bersiap menghadapi efek lanjutan dari konflik tersebut, terutama di sektor energi dan perdagangan internasional.

Ahmad Heri Firdaus, peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), mengungkapkan bahwa konflik geopolitik ini bisa menimbulkan guncangan terhadap perekonomian nasional. Dalam diskusi publik bertajuk "Dampak Perang Iran-Israel terhadap Perekonomian Indonesia", ia menekankan perlunya langkah strategis dari pemerintah Indonesia guna meredam potensi efek domino.

Risiko Gangguan Pasokan Energi dan Lonjakan Harga Minyak

Iran dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Apabila konflik memicu terganggunya pasokan minyak dari Iran atau bahkan menyebabkan penutupan jalur perdagangan strategis seperti Selat Hormuz, maka harga minyak global diprediksi akan melonjak tajam. Negara-negara pengimpor besar seperti Jepang, Eropa, India, dan China kemungkinan akan mengalami tekanan ekonomi terlebih dahulu sebelum dampaknya terasa ke Indonesia.

“Ekspor minyak dari kawasan Timur Tengah lebih dominan ke negara-negara seperti China dan India. Ketika negara-negara ini terpukul, dampaknya bisa ikut menular ke Indonesia karena mereka adalah mitra dagang utama kita,” ujar Ahmad.

Proyeksi Penurunan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Melalui simulasi model Global Trade Analysis Project (GTAP), INDEF memperkirakan bahwa konflik ini dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,005 persen. Meski secara angka tampak kecil, efek lanjutan dari perlambatan ekonomi negara mitra seperti China dan Jepang—yang masing-masing diprediksi turun 0,037 persen dan 0,048 persen—bisa memperparah situasi dalam negeri.

“Impor Indonesia bisa terganggu, terutama untuk komoditas penting seperti produk pangan, tekstil, logam, hingga barang-barang petrokimia dan manufaktur berat,” lanjutnya dikutip dari Antara.

Ancaman terhadap Daya Saing Ekspor Nasional

Kenaikan harga minyak dan gas juga berisiko meningkatkan biaya produksi di dalam negeri, yang pada akhirnya bisa menggerus daya saing ekspor Indonesia. Untuk itu, Ahmad menilai pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah mitigasi cepat agar stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga.

Rekomendasi Strategi Antisipatif Pemerintah

Berikut sejumlah strategi yang disarankan Ahmad Heri Firdaus untuk merespons potensi krisis global:

1. Menjaga Stabilitas Harga Energi DomestikPemerintah diminta untuk memperkuat skema subsidi BBM dan LPG demi menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi.

2. Diversifikasi Sumber Impor EnergiIndonesia perlu mencari alternatif impor minyak dari negara-negara yang lebih stabil secara geopolitik, seperti anggota ASEAN atau Australia, melalui kerja sama bilateral di sektor energi.

3. Penguatan Rantai Pasok IndustriDunia usaha harus didorong untuk mencari mitra baru dalam penyediaan bahan baku agar tidak terlalu bergantung pada satu wilayah tertentu.

4. Mendorong Investasi di Industri HuluPeningkatan investasi di sektor hulu seperti produksi pupuk, bahan bakar alternatif, dan barang intermediate perlu dipercepat guna memperkuat fondasi industri dalam negeri.

5. Pemetaan Sektor Paling TerdampakPemerintah perlu mengidentifikasi sektor-sektor yang paling rentan, seperti manufaktur dan pertanian, agar kebijakan stimulus dan perlindungan dapat diarahkan secara lebih tepat sasaran.

Ketegangan Iran-Israel menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan Indonesia terhadap dinamika global. Tanpa kesiapan yang matang, perekonomian nasional bisa ikut terseret ke dalam pusaran ketidakpastian dunia. Langkah antisipatif yang terukur dan cepat menjadi kunci untuk menjaga ketahanan ekonomi di tengah konflik yang terus berkembang.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru