Selasa, 30 Desember 2025

Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Tunggu Pidato Powell di Tengah Ketidakpastian Inflasi AS


 Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Tunggu Pidato Powell di Tengah Ketidakpastian Inflasi AS Rupiah Dibuka Melemah, Pasar Tunggu Pidato Powell di Tengah Ketidakpastian Inflasi AS

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan Kamis (21/8/2025), seiring sikap hati-hati investor menjelang pidato penting Ketua The Fed, Jerome Powell, pada Jumat mendatang di simposium Jackson Hole.

Rupiah turun tipis 4 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp16.275 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di Rp16.271. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, memproyeksikan rupiah bergerak dalam rentang Rp16.225 hingga Rp16.350 per dolar AS sepanjang hari ini.

Menurutnya, arah kebijakan moneter The Fed masih menjadi perhatian utama pasar, terutama setelah risalah rapat FOMC Juli 2025 menunjukkan kekhawatiran yang lebih besar terhadap inflasi daripada kondisi ketenagakerjaan AS.

 

"Meski Michelle Bowman dan Christopher Waller (keduanya pejabat tinggi The Fed) menyatakan pendapat berbeda dengan mendukung pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps (basis points), mayoritas anggota menilai risiko inflasi lebih besar dibanding melemahnya lapangan kerja," ujarnya di Jakarta, Kamis, dilansir Antara

Hal ini dinilai membuat investor cenderung berhati-hati menjelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat (22/8/2025) untuk memperoleh pandangan jelas terkait prospek pelonggaran kebijakan moneter.

Data terbaru disebut kian memperkuat kekhawatiran terhadap inflasi, sekaligus mempertanyakan ketahanan pasar tenaga kerja AS, sehingga investor masih ragu terkait arah kebijakan The Fed ke depan.

Selain itu, tekanan politik tetap berlanjut yang dilakukan Trump dengan mendesak Gubernur Fed Lisa Cook untuk mengundurkan diri terkait dugaan penipuan hipotek, sekaligus terus mendorong penurunan suku bunga.

"Dengan masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026, Trump tengah mempertimbangkan calon pengganti, sementara Menteri Keuangan Scott Bessent baru-baru ini mendukung pemangkasan yang lebih agresif sebesar 50 bps pada September 2025," kata Josua.

Di ranah domestik, sentimen berasal dari keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 25 bps menjadi 5 persen untuk mendukung pertemuan ekonomi.

"Hari ini, BI akan merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk posisi kuartal II 2025, di mana kami memperkirakan defisit transaksi berjalan tetap terkendali di sekitar 1 persen dari PDB (produk domestik bruto), meskipun melebar dibandingkan posisi kuartal I 2025," ucap dia.

Editor : Lintang Rowe

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru