Loading
Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di tempat penukaran uang asing di Jakarta. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc/aa.
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, memprediksi nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring semakin dekatnya kemungkinan penutupan pemerintah federal Amerika Serikat (AS).
Pemerintah federal AS akan resmi ditutup pada pukul 00.00 waktu setempat (12.00 WIB) jika Kongres tidak menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) anggaran federal dalam beberapa jam ke depan.
“Rupiah hari ini diperkirakan bergerak menguat di kisaran Rp16.620-Rp16.670, dipengaruhi tren pelemahan indeks dollar akibat mendekatnya shutdown pemerintah AS,” ujar Rully kepada Antara di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Mengutip Xinhua, Senat AS gagal meloloskan RUU belanja jangka pendek pada Selasa (30/9/2025) malam, sehingga pemerintah federal berada di jalur penutupan — menandai shutdown pertama dalam hampir tujuh tahun.
Senat Demokrat menolak resolusi berkelanjutan yang diajukan Partai Republik untuk sementara waktu agar pemerintah tetap beroperasi. RUU tersebut tidak memperoleh dukungan minimal 60 suara yang dibutuhkan untuk disahkan.
Negosiasi terakhir banyak berfokus pada tunjangan kesehatan. Partai Demokrat menuntut perpanjangan subsidi Undang-Undang Perawatan Terjangkau dan pemulihan akses layanan kesehatan bagi imigran tertentu, termasuk pengungsi dan pencari suaka. Sementara itu, Partai Republik ingin mempertahankan tingkat pendanaan saat ini untuk memberi waktu negosiasi lebih panjang.
Mantan Presiden Donald Trump memperingatkan, jika penutupan pemerintah terjadi, banyak pegawai akan diberhentikan, dan ia menyalahkan Partai Demokrat atas kebuntuan negosiasi anggaran.
“Dalam jangka pendek, shutdown menunda publikasi data tenaga kerja AS, menciptakan ketidakpastian kebijakan bunga The Fed. Dalam jangka menengah, hal ini menekan indeks dollar dan membuka peluang penguatan rupiah,” jelas Rully.
Selain faktor global, sentimen domestik juga memengaruhi nilai tukar. Pelaku pasar bersikap wait and see terkait data inflasi Indonesia September dan neraca perdagangan. “Inflasi September diperkirakan terkendali di level 0,14 persen, sementara neraca perdagangan masih mencatat surplus,” tambah Rully.
Pada pembukaan perdagangan Rabu, rupiah sedikit melemah 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.674 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.665 per dolar AS.