Rabu, 31 Desember 2025

Rupiah Menguat, Dipengaruhi Penutupan Pemerintah AS


 Rupiah Menguat, Dipengaruhi Penutupan Pemerintah AS Rupiah menguat di tengah penutupan pemerintah AS (government shutdown). (Antara)

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatan di tengah ketidakpastian global. Menurut Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, faktor utama yang mendorong penguatan tersebut adalah penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) atau government shutdown.

Kebuntuan politik di Washington terkait pendanaan belanja kesehatan membuat pemerintahan federal AS terpaksa menghentikan sebagian operasional. Kondisi ini berpotensi menunda rilis data-data ekonomi penting seperti jobless claims dan non-farm payrolls untuk September 2025, sehingga meningkatkan ketidakpastian pasar.

“Shutdown pemerintah AS telah membuat sekitar 750 ribu pegawai federal dirumahkan, dengan estimasi kerugian ekonomi mencapai 400 juta dolar AS per hari,” jelas Josua di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

Ia menambahkan, pada perdagangan hari ini rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.600–Rp16.725 per dolar AS. Pada pembukaan perdagangan Kamis (2/10/2025) pagi, rupiah menguat 26 poin atau 0,16 persen ke level Rp16.609 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.635 per dolar AS.

Latar Belakang Kebuntuan Politik di AS

Mengutip Sputnik, penutupan pemerintah terjadi setelah Partai Republik dan Demokrat gagal mencapai kesepakatan soal pendanaan sementara menjelang berakhirnya tahun fiskal 2024 pada 30 September.

Partai Republik yang tidak memiliki mayoritas di Senat mengajukan resolusi untuk mendanai pemerintah federal hingga 21 November. Namun, Senat Demokrat menolak dengan alasan rancangan tersebut belum menjawab kebutuhan terkait kebijakan layanan kesehatan.

Sebaliknya, Partai Republik menilai proposal mereka merupakan langkah “bersih” yang tetap mempertahankan tingkat pengeluaran saat ini sembari memberi waktu tambahan untuk membahas alokasi anggaran Tahun Fiskal 2025.

Dampak pada Pasar dan Rupiah

Situasi di AS membuat pelaku pasar semakin memperkirakan peluang besar penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Saat ini, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober mencapai 90 persen, dengan kemungkinan penurunan lanjutan hampir 70 persen pada akhir tahun.

Dari dalam negeri, sentimen positif juga datang dari surplus neraca perdagangan Indonesia yang naik menjadi 5,49 miliar dolar AS pada September 2025, dibandingkan 4,17 miliar dolar AS di bulan sebelumnya. Lonjakan ini terutama disebabkan oleh melemahnya impor.

Namun, inflasi tahunan turut meningkat ke level 2,65 persen dari sebelumnya 2,31 persen, dipicu kenaikan harga pangan yang bergejolak serta inflasi inti yang lebih kuat.

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru