Loading
Menteri Perdagangan Budi Santoso menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (15/10/2025). ANTARA/Maria Cicilia Galuh
TANGERANG, ARAHKITA.COM – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Namun di tengah pusaran perang tarif kedua raksasa ekonomi dunia itu, ekspor Indonesia justru menunjukkan performa yang tetap stabil—bahkan meningkat.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memastikan bahwa hubungan dagang Indonesia dengan kedua negara tersebut masih berjalan baik. “Kalau kita lihat dari datanya, tidak ada masalah. Ekspor kita justru tumbuh. Surplus tertinggi kita ke Amerika, sementara ekspor ke China juga naik,” ujar Budi di sela acara di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (15/10/2025).
Menurut Budi, kunci utama menjaga ketahanan perdagangan luar negeri adalah meningkatkan daya saing produk ekspor. Ia menegaskan bahwa produk apapun—asal memiliki standar dan kualitas yang baik—akan mampu menembus pasar global.
“Prinsipnya sederhana: produk apa pun bisa diekspor kalau punya standar. Karena itu, kita dorong program Desa Ekspor agar produk dari desa bisa distandarisasi dan ikut program UMKM Bisa Ekspor,” jelasnya.
Ekspor Non-Migas Terus Tumbuh
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non-migas Indonesia ke China pada periode Januari–Agustus 2025 mencapai 40,44 miliar dolar AS, tumbuh 8,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara ke Amerika Serikat mencapai 20,60 miliar dolar AS, dan ke India sebesar 12,59 miliar dolar AS.
Dalam periode yang sama, tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar adalah:
Sedangkan negara penyumbang defisit terbesar antara lain China (13,09 miliar dolar AS), Singapura (3,55 miliar dolar AS), dan Australia (3,49 miliar dolar AS).
Perang Tarif yang Tak Surut
Ketegangan antara AS dan China kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru 100 persen terhadap produk asal Tiongkok serta membatasi ekspor “perangkat lunak penting”.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan bahwa Beijing menolak tegas langkah AS tersebut.
“China akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya,” ujar Lin dalam konferensi pers di Beijing, Senin (13/10/2025).
Sebelumnya, China telah memperluas kontrol ekspor terhadap unsur tanah jarang, bahan penting dalam industri teknologi tinggi. Kebijakan itu juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dahulu.
Trump kemudian menuduh China bersikap “sangat bermusuhan” dan menilai langkah Beijing membuat AS serta dunia “menjadi sandera” lewat kebijakan pembatasan ekspor yang mendadak.
Indonesia di Tengah Ketegangan Global
Meski dua kekuatan ekonomi dunia tengah berseteru, posisi Indonesia justru semakin strategis. Pemerintah berupaya menjaga momentum dengan memperluas pasar ekspor, memperkuat kualitas produk dalam negeri, dan mengoptimalkan peran UMKM ekspor dari berbagai daerah.
“Kalau produk kita punya kualitas, pasar dunia akan terbuka. Jadi jangan takut bersaing,” tutup Mendag Budi Santoso optimistis dilansir Antara.