Selasa, 30 Desember 2025

Rupiah Diprediksi Menguat Terbatas, Pasar Tunggu Sinyal The Fed dan BI


 Rupiah Diprediksi Menguat Terbatas, Pasar Tunggu Sinyal The Fed dan BI Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). ANTARAFOTO/Rivan Awal Lingga/foc/pri.

JAKARTA, ARAHKITA.COM – Nilai tukar rupiah membuka perdagangan awal pekan dengan pelemahan tipis. Pada Senin pagi, rupiah terkoreksi 19 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp16.726 per dolar AS, dibanding penutupan sebelumnya di level Rp16.707 per dolar AS.

Meski dibuka melemah, analis Doo Financial Futures Lukman Leong melihat peluang penguatan rupiah masih terbatas. Menurutnya, pasar global mulai menunjukkan pemulihan sentimen, tetapi pernyataan hawkish dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) menahan ruang penguatan.

Lukman menilai rupiah berpotensi bergerak dalam pola konsolidasi. “Sentimen pasar yang mulai pulih memberi ruang penguatan, namun komentar pejabat The Fed yang cenderung mempertahankan suku bunga membuat rupiah sulit menguat signifikan,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/11).

Komentar Pejabat The Fed Tekan Sentimen

Beberapa pejabat The Fed diketahui menyampaikan pandangan tegas terkait arah kebijakan suku bunga.

  • Raphael Bostic (Atlanta Fed) ingin suku bunga dipertahankan pada pertemuan FOMC Desember 2025.
  • Lorie Logan (Dallas Fed) menolak pemangkasan suku bunga.
  • Jeff Schmid (Kansas City Fed) menilai inflasi AS masih berada di level tinggi.

Sikap hawkish ini muncul setelah The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points pada rapat FOMC 29 Oktober 2025, menjadi kisaran 3,75–4 persen. Namun Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa langkah pemangkasan berikutnya belum dapat dipastikan, terutama menjelang FOMC 9–10 Desember mendatang.

Pasar Wait and See Jelang RDG BI

Dari dalam negeri, pelaku pasar menahan diri menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia serta rilis data neraca transaksi berjalan kuartal III-2025. BI diperkirakan menurunkan suku bunga 25 bps, yang berpotensi memberikan tekanan tambahan bagi rupiah.

Sementara itu, neraca transaksi berjalan diproyeksikan mencatat surplus kecil setelah sembilan kuartal berturut-turut berada di area defisit. “Surplus meski kecil tetap menjadi angin segar bagi rupiah,” kata Lukman dikutip Antara.

Dengan mempertimbangkan semua faktor, rupiah hari ini diprediksi bergerak di rentang Rp16.650–Rp16.750 per dolar AS.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru