Selasa, 30 Desember 2025

Gibran di G20: Tolak Kemitraan Global yang Mendikte dan Ciptakan Ketergantungan


 Gibran di G20: Tolak Kemitraan Global yang Mendikte dan Ciptakan Ketergantungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming memberikan keterangan pers usai menyampaikan pidato sesi ketiga pada KTT G20 di Johannesburg Expo Center, Afrika Selatan, Minggu (23/11/2025). ANTARA/Mentari Dwi Gayati.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Indonesia menegaskan sikap tegas di panggung G20. Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan bahwa era kemitraan global yang mendikte negara-negara berkembang harus diakhiri. Kerja sama internasional, kata dia, hanya layak disebut kemitraan jika benar-benar saling memperkuat dan tidak menciptakan ketergantungan baru.

Pernyataan itu disampaikan Gibran seusai pidatonya di sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (23/11/2025). Dalam forum ini, ia hadir mewakili Presiden RI Prabowo Subianto.

“Setiap negara berhak menentukan arah pembangunannya sendiri. Kemitraan harus menyejahterakan dan memberdayakan, bukan membatasi,” tegas Gibran.

Ia menekankan bahwa Indonesia konsisten memperjuangkan suara Global South sejak beberapa tahun terakhir. Negara berkembang harus memiliki ruang untuk menentukan masa depan mereka tanpa tekanan dari negara berpengaruh.

“Tidak boleh ada lagi kerja sama yang mendikte dan membuat ketergantungan,” lanjutnya.

Indonesia Dorong Sistem Pembiayaan Global yang Adil

Gibran juga menyoroti ketimpangan dalam akses pembiayaan internasional. Ia mendorong penghapusan beban utang dan inovasi pendanaan yang lebih terjangkau agar negara berkembang dapat bergerak maju tanpa jebakan finansial.

 Dalam forum itu, Gibran turut memperkenalkan keberhasilan Indonesia dalam memperkuat ekonomi digital melalui sistem pembayaran QRIS yang berbiaya rendah dan inklusif. Menurutnya, langkah-langkah inovatif semacam ini harus diperluas secara global.

Ketahanan Pangan dan Kemanusiaan Jadi Sorotan

Di bidang pangan, Gibran mengingatkan masih banyak warga dunia yang terjebak kerawanan pangan. Ia mengangkat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai model yang tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga memberdayakan petani lokal dan UMKM di sektor pangan.

Isu-isu kemanusiaan seperti Gaza, Ukraina, Sudan, hingga Sahel turut menjadi perhatian Indonesia. Gibran menegaskan bahwa tatanan global hanya akan stabil jika kemanusiaan ditempatkan sebagai prinsip utama.

Selain menghadiri dua sesi utama yang berfokus pada ekonomi inklusif, transisi energi, dan sistem pangan, Gibran juga melakukan rangkaian pertemuan bilateral. Mulai dari pemimpin Ethiopia, Vietnam, Angola, hingga perwakilan WTO dan UNCTAD — semuanya untuk memperkuat kolaborasi internasional yang saling menguntungkan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru