Loading
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Jakarta, Selasa (2/12/2025) (ANTARA/HO-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian)
JAKARTA, ARAHKITA.COM – Menjelang penutupan tahun, pemerintah menilai fondasi ekonomi Indonesia semakin kuat. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tiga indikator utama yang dirilis Senin (1/12) menunjukkan penguatan stabil: inflasi November yang tetap terjaga, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang kembali naik, dan surplus neraca dagang yang bertahan hingga 66 bulan beruntun.
Dalam penjelasannya di Jakarta, Selasa (2/12/2025), Airlangga mengungkapkan inflasi November 2025 berada di angka 2,72 persen (yoy), masih dalam koridor target 2,5±1 persen. Tekanan harga juga mereda, terutama dari kelompok volatile food yang turun ke 5,48 persen (yoy) dari 6,59 persen di bulan sebelumnya. Sementara inflasi inti tetap stabil di 2,36 persen (yoy), menandakan ekspektasi masyarakat terjaga dan koordinasi kebijakan moneter-fiskal berjalan efektif.
Secara bulanan, kenaikan inflasi didorong oleh naiknya harga emas perhiasan (3,99 persen mtm) dan tarif angkutan udara (6,02 persen mtm). Kenaikan tarif pesawat ini, menurut Airlangga, lazim terjadi setiap November. Pemerintah pun menyiapkan paket stimulus berupa diskon tarif transportasi untuk Desember guna menjaga daya beli dan memperkuat mobilitas masyarakat.
Di sektor pangan, harga bawang merah dan beberapa sayuran sempat naik akibat cuaca basah, namun komoditas lain seperti daging ayam ras, cabai merah, dan telur ayam mulai turun. Harga beras bahkan mengalami deflasi 0,59 persen (mtm), lebih dalam dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini tak lepas dari penyaluran Bantuan Pangan kepada 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), serta rangkaian Gerakan Pasar Murah di berbagai daerah.
Dari sisi eksternal, neraca perdagangan kembali mencatat surplus sebesar 2,39 miliar dolar AS pada Oktober 2025. Ekspor mencapai 24,24 miliar dolar AS, melampaui impor yang berada di angka 21,84 miliar dolar AS. Perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat juga masih menunjukkan performa kuat, ditopang negosiasi tarif resiprokal yang tengah berlangsung. Pada Oktober, surplus perdagangan non-migas dengan AS mencapai 1,7 miliar dolar AS, seiring penguatan aktivitas PMI Manufaktur AS.
Indikator lain yang tak kalah penting adalah PMI Manufaktur Indonesia yang kembali masuk zona ekspansi di level 53,3 pada November, naik dari 51,2 di Oktober. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Februari 2025 dan memperpanjang tren positif selama empat bulan berturut-turut. Menurut Airlangga, peningkatan tersebut didorong permintaan domestik yang membaik, sehingga mendorong aktivitas produksi dan pembelian bahan baku oleh industri. Tingginya volume pekerjaan juga membuat perusahaan menambah tenaga kerja.
Menjelang periode libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, sektor manufaktur diperkirakan tetap tampil kuat. Pelaku usaha pun semakin optimistis, terutama setelah pemerintah menyiapkan berbagai insentif baik di sisi permintaan maupun pasokan untuk menjaga pergerakan ekonomi di akhir tahun.
“Daya beli masyarakat meningkat, inflasi terkendali, dan stimulus pemerintah terus berjalan. Ini menjadi kombinasi yang memperkuat momentum pemulihan ekonomi,” tutup Airlangga dikutip Antara.