Loading
Rupiah Berpotensi Melemah Investor Cermati Demo dan Inflasi AS Antaranews
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta, Selasa (23/12/2025), bergerak menguat tipis 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.768 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.777 per dolar AS.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut penguatan rupiah dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada tahun 2026.
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang melemah karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed kembali meningkat di 2026,” ujar Lukman di Jakarta, Selasa (23/12/2025)
Mengutip Anadolu, The Fed sejauh ini telah memangkas suku bunga total 70 basis points (bps), sehingga saat ini berada pada kisaran 3,5-3,75 persen. Proyeksi terbaru menyebutkan tahun depan suku bunga AS kemungkinan akan dipangkas dua kali, meningkat dari prediksi awal satu kali.
“Dot plot dari FOMC terakhir menunjukkan satu kali pemangkasan suku bunga pada tahun depan, tapi investor kini meningkatkan ekspektasi menjadi dua kali,” jelas Lukman.
Baca juga:
Nilai Tukar versus KesejahteraanMeski demikian, penguatan rupiah diperkirakan terbatas, karena Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan melakukan pemangkasan suku bunga dua kali pada 2026, yang akan menambah likuiditas di pasar dan menekan nilai tukar rupiah.
“Selain itu, kebijakan moneter longgar dari BI dan pemerintah meningkatkan likuiditas yang biasanya menekan mata uang domestik,” tambah Lukman.
Kekhawatiran pasar terhadap defisit APBN juga memberi tekanan pada rupiah. Proyeksi defisit APBN diperkirakan 2,78 persen terhadap PDB, sementara posisi terkini 2,35 persen PDB, masih di bawah batas 3 persen.
“Walaupun masih di bawah 3 persen, ada kekhawatiran defisit akan mendekati angka tersebut,” kata Lukman.
Dengan kondisi ini, rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp16.700 hingga Rp16.800 per dolar AS dalam beberapa hari ke depan.