Selasa, 30 Desember 2025

Purbaya Siapkan Rp2 Triliun untuk Dorong Ekspor Industri Furnitur Nasional


 Purbaya Siapkan Rp2 Triliun untuk Dorong Ekspor Industri Furnitur Nasional Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam sidang perdana hambatan investasi atau debottlenecking yang dilaporkan oleh pengusaha ke kanal Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Program Strategis Pemerintah (P2SP) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (23/12/2025). (ANTARA/Imamatul Silfi/pri.

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Pemerintah menyiapkan skema pembiayaan khusus senilai Rp2 triliun guna memperkuat ekspor industri furnitur nasional. Dana tersebut akan disalurkan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dengan tingkat bunga yang relatif rendah.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan bahwa fasilitas ini terbuka bagi pelaku usaha furnitur maupun tekstil yang ingin meningkatkan daya saing di pasar global.

“Sekarang kami siapkan Rp2 triliun. Perusahaan furnitur dan tekstil bisa mengakses pembiayaan melalui LPEI dengan bunga sekitar 6 persen,” ujar Purbaya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (23/12/2025).

Purbaya menjelaskan, hingga saat ini realisasi pembiayaan LPEI masih berada di kisaran Rp200 miliar. Padahal, pelaku industri furnitur mengusulkan agar plafon pembiayaan bisa ditingkatkan hingga Rp16 triliun untuk mendorong ekspansi ekspor secara lebih agresif.

Meski belum mengabulkan seluruh permintaan tersebut, pemerintah menyatakan komitmennya dengan menetapkan batas awal sebesar Rp2 triliun sebagai langkah percepatan.

Dorongan dari Dunia Usaha

Usulan penguatan pembiayaan ini disampaikan oleh para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) saat melakukan pertemuan dengan Kementerian Keuangan pada Jumat (16/12/2025).

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyebut dunia usaha tidak hanya mendorong tambahan pembiayaan, tetapi juga mengusulkan deregulasi dan skema insentif lain agar industri furnitur mampu bersaing secara global.

Menurut catatan Kadin, nilai pasar ekspor furnitur dunia diperkirakan mencapai 300 miliar dolar AS. Namun, kontribusi Indonesia saat ini masih sekitar 2,5 miliar dolar AS, menunjukkan ruang pertumbuhan yang sangat besar.

Selain persoalan pendanaan, pengusaha juga menyoroti pentingnya diversifikasi pasar ekspor. Saat ini, sekitar 60 persen ekspor furnitur Indonesia masih bergantung pada pasar Amerika Serikat.

Harapan Industri Furnitur

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menegaskan bahwa industri mebel dan kerajinan membutuhkan dukungan nyata dari pemerintah, khususnya terkait akses modal murah.

“Kami sudah merasakan pembiayaan LPEI dengan bunga sekitar 6 persen. Ke depan, kami berharap volumenya bisa ditingkatkan agar industri furnitur nasional lebih kompetitif,” ujarnya dikutip Antara.

Dengan kombinasi pembiayaan murah, deregulasi, dan perluasan pasar ekspor, industri furnitur Indonesia dinilai memiliki peluang besar untuk meningkatkan kontribusinya di pasar global sekaligus memperkuat struktur industri nasional.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Ekonomi Terbaru