Loading
Ilustrasi: Rupiah tertekan faktor eksternal. (Net)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Berbagai pengaruh eksternal tetap menjadi faktor utama dalam pergerakan Rupiah pekan ini. Investor terus memantau sinyal gejolak lebih lanjut untuk mata uang pasar berkembang setelah beberapa pekan yang sangat mengkhawatirkan.
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM mengatakan Rupiah akan dipengaruhi oleh pandangan investor mengenai pasar berkembang secara umum, dengan perhatian khusus pada reaksi Lira terhadap data PDB terbaru Turki, dan ancaman tarif dagang lebih lanjut dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Indikasi di awal perdagangan di Asia kata Lukman menunjukkan bahwa Rupee India dan Rand Afrika Selatan melemah di awal pekan ini terhadap Dolar, menandakan bahwa sentimen beli terhadap mata uang pasar yang memiliki defisit neraca yang tinggi tetap sangat rendah.
"Dari aspek teknis, USDIDR dapat menantang 14900 di jangka pendek apabila Dolar terus menguat,"ujar Lukman.
Trump Tingkatkan Ancaman DagangDijelaskan Lukman, investor di seluruh dunia memasuki pekan perdagangan dengan menghindari aset berisiko setelah Presiden AS Donald Trump melipatgandakan ancaman tarif kepada China di hari Jumat pekan lalu.
Trump kata Lukman mengancam memberlakukan tarif tambahan pada $267 miliar barang dari China, dan tindakan ini semakin memperburuk hubungan AS-China. Amerika Serikat siap memberlakukan tarif pada $200 miliar barang China dan Beijing menekankan ancaman bahwa Pemerintah China akan membalasnya. Perang dagang AS-China semakin memanas.
"Kekhawatiran akan terjadi perang dagang besar-besaran antara dua ekonomi terbesar dunia dapat memicu penghindaran risiko, menghantam saham global dan pasar berkembang,"ungkap Lukman.
Pasar berkembang menurut Lukman tampaknya akan tetap melemah karena ketegangan dagang global, Dolar yang menguat secara luas, dan prospek kenaikan suku bunga AS. Krisis di Turki dan Argentina dikhawatirkan akan menular ke wilayah lain, sehingga selera terhadap aset dan mata uang pasar berkembang akan semakin merosot. Prospek mata uang pasar berkembang tetap cenderung menurun di jangka pendek, terutama mata uang negara yang memiliki defisit transaksi berjalan yang besar.
Emas AnjlokLebih lanjut Lukman mengatakan emas kesulitan mempertahankan pesona safe haven tahun ini walaupun ketegangan dagang global yang semakin memburuk menekan optimisme investor serta memicu penghindaran risiko.
Aksi pasar bearish di beberapa bulan terakhir kata Lukman, menyoroti bahwa arah emas tetap sangat dipengaruhi oleh kinerja Dolar. Dolar didukung oleh ekspektasi kenaikan suku bunga AS, sehingga logam mulia ini mungkin akan terus melemah. Perlu diperhatikan pula bahwa Dolar telah mencuri pesona safe haven emas, terlihat dari fakta bahwa investor kini berpaling ke Dolar di saat ketidakpastian meningkat. Meninjau bahwa permintaan emas di pasar berkembang juga dipengaruhi oleh Dolar dan ketegangan dagang global, dapat dipahami mengapa harga emas tetap sangat tertekan.
"Prospek emas di jangka pendek dan menengah tetap ditentukan oleh kinerja Dolar, spekulasi kenaikan suku bunga, dan perkembangan dagang global. Federal Reserve akan menaikkan suku bunga di bulan September dan mungkin Desember, sehingga emas dapat semakin melemah dengan level penting berikutnya adalah $1,185 dan $1,160,"jelas Lukman.