Loading
RDG Mei 2025 Dprediksi akan Turunkan Suku Bunga Acuan. (SINDOnews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 yang digelar hari ini.
“Saya melihat RDG Mei ini adalah momentum yang tepat untuk penurunan suku bunga, mengingat volatilitas rupiah relatif terjaga dalam satu-dua pekan ini,” ujar Banjaran Rabu (21/5).
Ia menambahkan bahwa meredanya ketegangan global, terutama akibat “gencatan senjata” sementara perang tarif antara AS dan China, ikut menciptakan stabilitas eksternal yang mendukung langkah pelonggaran moneter.
Menurut Banjaran, suku bunga yang lebih pro-growth sangat dibutuhkan untuk mendorong ekonomi nasional. Ia juga menilai bahwa interest rate differential antara surat berharga Indonesia dan negara ASEAN masih cukup kompetitif.
Sebelumnya, hal serupa juga disampaikan Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro pada Senin (19/5) yang melihat adanya ruang pemangkasan BI-Rate sebesar 25 basis point (bps) dari level 5,75 persen menjadi 5,5 persen paling cepat pada RDG Mei 2025 apabila rupiah memang relatif stabil.
“Momentumnya saya rasa pas. Karena, yang pertama, (penurunan BI-Rate) untuk mendorong atau menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Andry dilansir Antara.
Alasan lainnya, tekanan rupiah seharusnya sudah tidak setinggi pada periode awal di kuartal pertama yang lalu.
Selain itu, inflasi pun dinilai akan tetap rendah pada range target Bank Indonesia. Terakhir, benchmark rate Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain juga masih relatif kompetitif.
Namun, berbeda dengan konsensus mayoritas, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memproyeksikan bahwa BI-Rate dipertahankan pada level 5,75 persen dalam RDG Mei 2025, meski terdapat peluang penurunan ke depannya.
“(BI) masih fokus di stabilitas, dipicu ketidakpastian perang tarif. The Fed juga masih mempertahankan suku bunga patokan,” ujar David saat dihubungi secara terpisah.
Pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan PDB Indonesia tercatat sebesar 4,87 persen year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,02 persen.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat tipis menjadi 4,89 persen yoy. Sementara pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menurun menjadi 2,12 persen yoy.
Adapun belanja pemerintah tercatat kontraksi 1,38 persen yoy setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu.
“Ada indikasi perlambatan konsumsi, tetapi lebih disebabkan high base effect (Pemilu tahun lalu) dan belanja pemerintah yang belum optimal,” kata David.