Rabu, 31 Desember 2025

Ziarah Menteri Nasaruddin Umar ke Makam Paus Fransiskus: Simbol Persaudaraan Lintas Iman


 Ziarah Menteri Nasaruddin Umar ke Makam Paus Fransiskus: Simbol Persaudaraan Lintas Iman Menteri Nasaruddin mendapat izin khusus untuk mendekat ke makam Paus Fransiskus—sebuah kehormatan yang bahkan jarang diberikan kepada tamu resmi. (Foto: Istimewa)

GLOBAL HARMONY | INTER FIDEI

ROMA, ARAHKITA.COM — Suasana hening menyelimuti Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Senin pagi (27/10/2025), ketika Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menundukkan kepala di depan makam Paus Fransiskus. Dengan didampingi Duta Besar LBBP RI untuk Takhta Suci, Michael Trias Kuncahyono, Menteri Nasaruddin menaburkan doa dalam ziarah yang sarat makna spiritual lintas iman.

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda beliau menghadiri Pertemuan Internasional untuk Perdamaian yang diselenggarakan oleh Komunitas Sant’Egidio—sebuah forum tahunan yang mempertemukan pemimpin lintas agama untuk menyerukan harmoni global. Dalam forum itu juga hadir Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla, yang dikenal aktif dalam diplomasi perdamaian dunia.

Ziarah Penuh Haru di Makam Sang Sahabat

Menteri Nasaruddin mendapat izin khusus untuk mendekat ke makam Paus Fransiskus—sebuah kehormatan yang bahkan jarang diberikan kepada tamu resmi. Dengan penuh takzim, beliau meletakkan rosario berwarna biru-hijau, simbol harapan dan kedamaian, di atas pusara sederhana bertuliskan “Franciscus”.

“Saya sangat bersyukur dan terharu bisa berziarah sedekat ini. Ini bukan sekadar kunjungan, tapi penghormatan untuk sahabat dan guru kemanusiaan,” ujar Nasaruddin Umar dengan mata berkaca.

Persahabatan antara keduanya terjalin erat sejak Paus Fransiskus berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta, pada 5 September 2024. Di sana, mereka menandatangani Deklarasi Istiqlal, sebuah pernyataan bersama tentang persaudaraan lintas iman dan komitmen membangun dunia yang damai.

Dari Abu Dhabi ke Jakarta: Jejak Persaudaraan Universal

Deklarasi Istiqlal menjadi kelanjutan dari Dokumen Abu Dhabi (Document on Human Fraternity for World Peace and Common Coexistence) yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, pada 2019. Momen di Jakarta itu menegaskan pesan universal: perdamaian bukanlah cita-cita satu agama, melainkan panggilan semua umat beriman.

Kala itu, Paus Fransiskus menyampaikan kalimat yang masih dikenang banyak orang: “Saya senang berada di sini, di masjid terbesar di Asia Tenggara, bersama Anda semua...”

Kunjungan tersebut juga disertai perjalanan simbolik menuju Terowongan Silaturahim, penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Di sana, Paus Fransiskus berkata, “Tugas kita adalah membantu semua orang berjalan melalui terowongan menuju terang.”

Kalimat itu kemudian menjadi ikon persaudaraan lintas iman di Indonesia—bahwa dua rumah ibadah besar tidak hanya berhadapan, tapi juga terhubung dalam kasih dan kebersamaan.

Mengunjungi Basilika Santo Petrus

Usai ziarah di Santa Maria Maggiore, Menteri Nasaruddin melanjutkan perjalanan ke Basilika Santo Petrus, jantung spiritual Gereja Katolik Roma di Vatikan. Di bawah kubah megah rancangan Michelangelo, beliau menyaksikan keindahan mosaik dan patung karya para maestro Renaissance seperti Bramante, Rafael, dan Bernini.

Basilika yang berdiri di atas makam Rasul Petrus ini telah menjadi saksi sejarah kekristenan selama lebih dari 1.600 tahun. Di tengah ratusan peziarah, Menteri Nasaruddin tampak larut dalam suasana doa dan kekaguman. Dubes Michael Trias memberi penjelasan tentang sejarah dua basilika besar itu dan makna spiritualnya bagi dunia.

Kunjungan ini bukan hanya ziarah pribadi, tetapi juga pesan diplomasi spiritual: bahwa jalan menuju Tuhan bisa beragam, namun tujuannya satu — perdamaian dan kemanusiaan.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Global Harmony Terbaru