Selasa, 30 Desember 2025

Greenhope: Inovasi Plastik Ramah Lingkungan dari Indonesia untuk Dunia


 Greenhope: Inovasi Plastik Ramah Lingkungan dari Indonesia untuk Dunia Living Lab merupakan sebuah miniatur proses biodegradasi produk-produk Greenhope (Oxium, Ecoplas, dan Naturloop) yang bertujuan untuk memvisualisasikan konsep keempat dari 4R, yaitu Return to Earth. (Foto: Dok. Greenhope)

JAKARTA, ARAHKITA.COM - Di tengah darurat sampah plastik yang terus menghantui dunia, sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia bernama Greenhope muncul dengan solusi nyata: plastik yang bisa terurai secara alami.

Dikembangkan oleh tim ahli dalam negeri, inovasi ini dirancang agar kualitasnya tetap setara dengan plastik konvensional, namun mampu terurai dalam waktu 6 bulan hingga 5 tahun, tergantung kondisi lingkungan.

Menurut Arsika Ahmad, Kepala Penjualan dan Pemasaran Greenhope, plastik biodegradable ini dirancang agar proses degradasinya semakin cepat jika terkena panas, oksigen, atau cahaya ultraviolet.

"Ketika mendapat paparan oksigen atau sinar matahari, plastik kami mulai terurai menjadi partikel yang bisa dicerna mikroba. Artinya, tidak menimbulkan mikroplastik yang berbahaya bagi manusia," jelasnya.

Kunci dari teknologi ini adalah Oxium, aditif khusus yang dikembangkan Greenhope. Oxium berfungsi memecah polimer plastik menjadi struktur yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna mikroorganisme di tanah.

Dengan inovasi ini, Greenhope membantu mengurangi tumpukan sampah plastik dan menekan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Teknologi Hijau yang Mendunia: Oxium, Ecoplas, dan Naturloop

Greenhope tidak hanya berhenti pada satu produk. Mereka kini memiliki tiga lini teknologi bahan baku plastik ramah lingkungan yang sudah dikenal di tingkat global:

  1. Oxium — aditif yang membuat plastik konvensional lebih mudah terurai di tempat pembuangan akhir.
  2. Ecoplas — bahan plastik berbasis pati dari singkong, mampu terurai kurang dari dua tahun.
  3. Naturloop — material dari tanaman alami yang dapat dikomposkan sepenuhnya.

Ketiga produk ini telah digunakan oleh berbagai produsen dalam negeri maupun luar negeri, serta menjadi solusi nyata untuk industri yang ingin beralih ke praktik berkelanjutan tanpa mengorbankan kualitas.

Greenhope di Panggung Dunia: Wakili Indonesia di World Economic Forum 2023

Kiprah Greenhope juga mendapat pengakuan internasional.

Pada ajang World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Greenhope menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang diundang dalam Schwab Social Innovation Forum Awards — penghargaan bergengsi bagi inovator sosial dunia.

CEO dan Co-Founder Greenhope, Tommy Tjiptadjaja, menyampaikan bahwa perusahaan ini kini menjadi bagian dari 435 inovator sosial yang tersebar di lebih dari 190 negara.

“Greenhope hadir membawa semangat perubahan — dari perilaku konsumtif negatif menuju produksi dan konsumsi yang lebih positif,” ujarnya.Lewat forum tersebut, Greenhope juga aktif dalam kampanye digital global bersama The Schwab Foundation for Social Entrepreneurship, menyuarakan pentingnya kesetaraan, keberlanjutan, dan pelestarian alam dalam model bisnis masa depan.

Didukung Indonesia Impact Fund, Perkuat Fondasi Startup Hijau

Kiprah Greenhope di bidang bioteknologi ramah lingkungan turut mendapat dukungan besar dari Indonesia Impact Fund (IIF).

Melalui dana investasi senilai 500 ribu dolar AS, IIF—yang dikelola oleh Mandiri Manajemen Investasi bersama Mandiri Capital Indonesia—resmi berinvestasi untuk mempercepat pengembangan Greenhope.

Inisiatif ini merupakan bagian dari mandat APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia yang berfokus mendukung startup berbasis sustainability dan SDGs (Sustainable Development Goals).

“Pendanaan ini bukan hanya investasi bisnis, tapi juga investasi sosial untuk mempercepat pembangunan berkelanjutan,” ujar Anindya Bakrie, Chairman ABAC Indonesia.

Dukungan tersebut mempertegas posisi Greenhope sebagai pionir startup hijau yang berkontribusi nyata terhadap ekonomi sirkular Indonesia.

Kolaborasi Nyata: Greenhope Gandeng UMKM dan Masjid Istiqlal

Tak hanya fokus pada riset dan teknologi, Greenhope juga aktif membangun ekosistem pengelolaan sampah bersama berbagai pihak. Melalui kerja sama dengan Gerakan Pasti (Plastik Akal Sehat untuk Indonesia), Komunitas UMKM Naik Kelas, Masjid Istiqlal, dan startup pengelolaan sampah Jubelo, Greenhope menciptakan model pengelolaan plastik berkelanjutan dari hulu ke hilir.

Langkah ini meliputi penyediaan plastik ramah lingkungan bagi UMKM, edukasi masyarakat untuk memilah sampah, hingga pengelolaan organik-anorganik berbasis komunitas.

“Dalam situasi darurat sampah seperti sekarang, bukan waktunya saling menyalahkan. Kita semua harus berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing,” tegas Tommy dikutip Antara.

Pemerintah pun mendukung upaya ini. Berdasarkan data Kemenperin, konsumsi plastik Indonesia mencapai 22,5 kilogram per kapita per tahun dan terus meningkat. Karena itu, solusi seperti yang dikembangkan Greenhope menjadi sangat penting untuk mencapai target pengurangan 70% sampah plastik laut pada 2025, sesuai amanat Perpres No.83/2018.

Dari Inovasi Menuju Gerakan Nasional

Greenhope menunjukkan bahwa solusi terhadap krisis plastik tidak harus datang dari luar negeri.Dengan kombinasi teknologi, kemitraan sosial, dan semangat keberlanjutan, perusahaan ini menjadi simbol harapan baru bagi ekonomi hijau Indonesia.

“Tujuan kami sederhana: menciptakan masa depan di mana industri tumbuh tanpa merusak bumi,” tutup Tommy.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru