Loading
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono, Senior Vice President Environmental, Social, and Governance Bank Mandiri Monica Yoanita Octavia, dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, menandatangani komitmen perdagangan karbon di Paviliun Indonesia, Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-bangsa (COP30), di Belém, Brasil, Selasa (11/11/2025). ANTARA/Anita Permata Dewi
BELEM, ARAHKITA.COM – Langkah nyata menuju ekonomi hijau kembali ditunjukkan PT Pertamina (Persero). Dalam ajang Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP30) di Belém, Brasil, perusahaan energi pelat merah itu menandatangani komitmen perdagangan karbon dengan Bank Mandiri dan CIMB Niaga senilai Rp2,5 miliar, setara dengan 37 ribu ton karbon.
Penandatanganan berlangsung di Paviliun Indonesia, disaksikan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Hanif Faisol Nurofiq.
“Konferensi iklim dunia ini jadi momentum penting untuk membangun kepercayaan pasar. Melalui sesi Seller Meet Buyer, kita ingin memperkenalkan potensi besar karbon Indonesia ke dunia,” ujar Hanif di sela-sela acara.
Karbon dari Energi Terbarukan Nusantara
Dari total transaksi tersebut, 21 ribu ton CO₂ berasal dari Sei Mangkei Biogas Power Plant Project di Sumatera Utara, sementara 16 ribu ton CO₂ berasal dari Lahendong Geothermal Power Plant di Sulawesi Utara.
Kedua proyek tersebut menjadi bukti kontribusi sektor energi Indonesia dalam menekan emisi karbon sekaligus memperkuat ekosistem energi terbarukan di Tanah Air.Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, hadir sebagai penandatangan mewakili Pertamina. Dari pihak perbankan, Bank Mandiri diwakili oleh Monica Yoanita Octavia, Senior Vice President ESG, sementara Lina, Head of GCG and Sustainability, hadir mewakili CIMB Niaga.
Indonesia Incar Transaksi Karbon Rp16 Triliun di COP30
Pemerintah Indonesia menargetkan transaksi hingga 90 juta ton CO₂ ekuivalen dengan nilai sekitar Rp16 triliun selama COP30 berlangsung. Angka ini mencerminkan potensi besar Indonesia dalam memperdagangkan karbon berkualitas tinggi di pasar global.
“Karbon yang diperdagangkan bukan sembarang karbon. Semua memiliki sertifikat atau sedang dalam proses sertifikasi, sehingga integritas dan kualitasnya terjamin,” tegas Menteri Hanif dikutip Antara.
Pertemuan Penjual dan Pembeli Karbon Perdana
Untuk pertama kalinya, Paviliun Indonesia menggelar sesi Seller Meet Buyer (SMB) di ajang COP. Program ini mempertemukan penjual, calon pembeli karbon, dan investor dalam suasana yang lebih terbuka dan kolaboratif.
Sesi SMB akan diadakan setiap hari hingga penutupan COP30 pada 21 November 2025.Langkah Pertamina dan dua bank nasional ini menjadi sinyal kuat bahwa transisi hijau Indonesia tidak hanya visi, tapi juga aksi konkret. Dari energi biogas hingga panas bumi, Indonesia menunjukkan kepada dunia: ekonomi hijau bisa jadi peluang, bukan beban.