Rabu, 31 Desember 2025

Indonesia Luncurkan Peta Jalan Ekosistem Karbon Biru di COP30 Belém


 Indonesia Luncurkan Peta Jalan Ekosistem Karbon Biru di COP30 Belém Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono (kedua kiri) dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq (kedua kanan) meresmikan Peta Jalan dan Panduan Aksi Ekosistem Karbon Biru Indonesia di Paviliun Indonesia, COP30, Belém, Brasil, Senin (17/11) waktu setempat. (ANTARA/HO-KemenLH)

BELEM, ARAHKITA.COM – Indonesia menegaskan komitmennya terhadap aksi iklim global dengan meluncurkan Peta Jalan dan Panduan Aksi Ekosistem Karbon Biru pada Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 (COP30) di Belém, Brasil. Dokumen ini menjadi langkah strategis yang memperkuat posisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang serius mengintegrasikan solusi iklim berbasis laut dan pesisir.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menjelaskan bahwa peta jalan ini tidak hanya memperjelas arah kebijakan nasional, tetapi juga menegaskan kepemimpinan Indonesia dalam menghubungkan kerja-kerja mitigasi darat dan laut.

“Melalui penguatan riset, kebijakan strategis, dan kerja sama internasional, Indonesia memastikan kontribusi karbon biru terintegrasi utuh dalam sistem nilai ekonomi karbon dan pasar karbon nasional,” ujar Hanif dalam peluncuran di Paviliun Indonesia, Senin (17/11/2025) waktu setempat.

Peta jalan karbon biru tersebut disusun melalui kolaborasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH).

Masuk dalam Komitmen Iklim Nasional

Dokumen ini memperkuat posisi ekosistem pesisir dalam Second Nationally Determined Contribution (SNDC) Indonesia. Mangrove, padang lamun, dan rawa asin kini diposisikan sebagai bagian strategis dalam upaya penurunan emisi sekaligus peningkatan ketahanan iklim.

Integrasi tersebut juga selaras dengan kerangka Nilai Ekonomi Karbon (NEK) sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025, yang menjadi pedoman utama penataan pasar karbon nasional.

Lebih dari Kelautan: Pilar Arsitektur Iklim Indonesia

Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono menekankan bahwa karbon biru bukan sekadar isu kelautan, melainkan fondasi penting dalam arsitektur kebijakan iklim Indonesia.

“Ekosistem karbon biru adalah aset iklim yang sangat berharga. Peta jalan ini menjadi kerangka aksi yang menghubungkan sains, kebijakan, dan pendanaan demi menjaga kualitas serta integritas ekosistem karbon biru dalam nilai ekonomi karbon nasional,” ujarnya dikutip Antara.

Menurut Trenggono, penyatuan kebijakan terkait tiga ekosistem utama—mangrove, lamun, dan rawa asin—dalam satu sistem pesisir memberi dampak luas: mulai dari perlindungan keanekaragaman hayati, penguatan ketahanan pesisir, keamanan pangan berbasis laut, hingga peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Green Economy Insight Terbaru