Loading
Icheiko Ramadhanty, anak muda yang tumbuh dekat pesisir dalam suatu acara Gawirea. (Foto: Istimewa)
JAKARTA, ARAHKITA.COM — Bagi banyak orang, isu pemanasan global mungkin terdengar jauh dari keseharian. Namun bagi Icheiko Ramadhanty, anak muda yang tumbuh dekat pesisir, perubahan iklim adalah kenyataan pahit yang tiap hari disaksikan masyarakat nelayan di Indonesia: gelombang makin tinggi, ikan makin sulit ditangkap, dan pendapatan keluarga pesisir kian tergerus.
“Di Ambon misalnya, banyak perempuan pesisir kehilangan penghasilan karena laut makin tercemar dan tangkapan ikan makin sedikit,” ujar Icheiko.
Tahun ini, langkahnya menembus panggung global. Icheiko terpilih sebagai salah satu dari 16 pemimpin muda Selatan Global yang hadir pada Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Belém, Brasil. Ia menjadi wakil suara perempuan, masyarakat pesisir, dan orang muda Indonesia yang menuntut keadilan iklim — termasuk pendanaan yang adil bagi negara terdampak tanpa menambah utang.
“Solusi iklim harus lahir dari mereka yang merasakan dampaknya secara langsung,” tegas Icheiko, Communications and Community Development Manager GAWIREA.
Menguatkan Komunitas Lewat Energi Terbarukan
Bersama GAWIREA (Girls and Women in Renewable Energy Academy), Icheiko fokus membangun pemahaman energi bersih di desa-desa pesisir dan pulau kecil.Salah satunya melalui Net Zero Heroes, kurikulum energi terbarukan yang telah menjangkau lebih dari 1.000 orang muda di Asia Pasifik, dengan 80% peserta adalah perempuan.
Program ini mendorong aksi nyata seperti:
Menurutnya, akses energi yang setara adalah kunci bertahannya kehidupan di wilayah pesisir. “Kota besar bicara mobil listrik, sementara banyak desa masih mengandalkan genset,” katanya. Ketimpangan itu harus diubah.
Membawa Aspirasi Selatan Global
Keterlibatan Icheiko juga menghasilkan Deklarasi Pemuda Selatan Global — dokumen penting yang didorong pada COP30, menyerukan:
✔ Pendanaan iklim tanpa syarat & tanpa menambah utang
✔ Akses adil bagi masyarakat terdampak untuk Loss and Damage Fund
✔ Pelibatan pemuda dalam seluruh proses pengambilan keputusan
✔ Perlindungan bagi pembela lingkungan muda
Juan David Amaya, Direktur Eksekutif Life of Pachamama, menegaskan bahwa Selatan Global bukan lagi sekadar korban krisis iklim, tetapi kekuatan politik yang pantas didengar dalam membentuk perjanjian iklim dunia.
Masa Depan dari Akar Rumput
Bagi Icheiko, konferensi internasional hanya pijakan awal. Yang terpenting adalah memastikan gerakan iklim tumbuh menjadi ekosistem yang mendorong energi terbarukan, ekonomi biru, dan ketahanan masyarakat di tingkat komunitas.
“Kami tidak hanya ingin didengar; kami ingin menjadi bagian dari pengambil keputusan,” tuturnya.
Harapan itu sederhana namun berarti: masa depan bumi harus ditentukan secara setara oleh semua negara, termasuk mereka yang berada di garis depan krisis.
Tentang GAWIREA
GAWIREA adalah social enterprise yang memberdayakan perempuan dan generasi muda melalui pendidikan dan solusi energi terbarukan berbasis komunitas. Fokus pada wilayah pedesaan dan kelompok rentan untuk mendorong kemandirian energi, kesetaraan gender, dan aksi iklim berkelanjutan.
Sementara JustCOP adalah koalisi masyarakat sipil untuk keadilan iklim yang menempatkan komunitas terdampak sebagai penggerak utama perubahan dalam tata kelola iklim dunia.