Loading
Krisis Bahan Bakar: Dokter Gaza Terpaksa Rawat Empat Bayi di Satu Inkubator. (Tempo.co)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Staf medis di Rumah Sakit Al-Shifa, Jalur Gaza utara, terpaksa merawat tiga hingga empat bayi dalam satu inkubator akibat krisis bahan bakar yang semakin parah.
Kondisi ini terjadi di tengah tekanan besar yang dihadapi sistem kesehatan Gaza, menyusul perang berkepanjangan dan blokade total yang diberlakukan Israel sejak Oktober 2023.
Menurut laporan RIA Novosti, para tenaga medis berjuang keras merawat bayi-bayi prematur di tengah keterbatasan susu formula, alat medis, bahan bakar, dan tenaga kerja.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Zahir al-Wahidi, mengatakan bahwa jumlah pasokan bahan bakar yang diterima dari lembaga internasional sangat minim, memaksa rumah sakit menggunakan satu inkubator untuk beberapa bayi sekaligus demi menghemat energi.
"Jumlah bahan bakar yang dipasok ke rumah sakit di Jalur Gaza setelah berkoordinasi dengan organisasi internasional sangat kurang. Staf harus menempatkan tiga atau empat bayi dalam satu inkubator," katanya.
Sekitar 17.000 bayi lahir di Jalur Gaza pada paruh pertama 2025. Dari jumlah itu, satu dari 10 bayi lahir prematur atau dengan kondisi kekurangan berat badan.
Al-Wahidi, dilansir Antara, mengatakan jumlah bayi prematur terus bertambah akibat perang. Sebagian besar Ibu hamil berhimpit di tenda pengungsian dalam kondisi yang memprihatinkan, terpapar pemboman, dan kekurangan makanan serta air bersih.
Lebih dari 59.000 warga Palestina tewas dan 142.000 lebih lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, berdasarkan perkiraan Kementerian Kesehatan Gaza.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya tersedia 2.000 tempat tidur rumah sakit di daerah kantong yang dihuni sekitar 2 juta jiwa tersebut dan hanya sebagian yang beroperasi.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menghadapi serangan besar-besaran di Jalur Gaza setelah kelompok perjuangan Palestina, Hamas menerobos perbatasan, menembaki warga sipil dan personel militer, serta menyandera lebih dari 200 orang.
Otoritas Israel menyebutkan bahwa sekitar 1.200 warganya tewas dalam peristiwa tersebut, yang kemudian ditanggapi Israel dengan melancarkan operasi militer dan serangan darat ke Jalur Gaza.
Israel kemudian memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza, dengan memutus pasokan air, listrik, bahan bakar, makanan, dan juga medis.