Loading
Tiga Aktivis Asing di Kapal Handala Setuju Dideportasi dari Israel. (Antaranews)
JAKARTA, ARAHKITA.COM - Tiga aktivis asing yang menjadi bagian dari misi kemanusiaan kapal Handala menuju Gaza sepakat untuk dideportasi dari Israel. Informasi ini disampaikan lembaga hukum Israel, Adalah, pada Minggu, 27 Juli 2025.
Ketiga aktivis tersebut adalah Antonio Mazzeo dari Italia, Gabrielle Cathala dari Prancis, dan Jacob Berger dari Amerika Serikat. Mereka termasuk dari 21 penumpang kapal Handala yang ditahan setelah kapal dicegat oleh angkatan laut Israel di perairan internasional dekat Gaza pada Sabtu malam.
Kapal tersebut kemudian ditarik ke Pelabuhan Ashdod, Israel selatan. Mereka yang menolak dideportasi akan tetap ditahan dan harus menjalani proses hukum di Israel.
Adalah menyampaikan bahwa tim pengacaranya telah bertemu dengan 17 dari 21 orang yang ditahan, dan melaporkan bahwa kondisi mereka secara umum cukup stabil.
Sebanyak 15 aktivis, termasuk warga negara Australia, Prancis, Italia, Spanyol, Tunisia, Norwegia, Inggris, dan Amerika Serikat, menolak menandatangani surat deportasi dan masih ditahan oleh otoritas Israel sambil menunggu sidang.
Dua warga negara ganda AS-Israel, Huwaida Arraf dan Bob Suberi, telah dibebaskan usai menjalani pemeriksaan oleh polisi dan kini berada bersama tim hukum dari Adalah.
Namun, Adalah menyampaikan bahwa mereka belum dapat bertemu dengan empat orang lainnya yang ditahan, yakni Ange Sahuquet dari Prancis, Dr. Frank Romano yang memiliki kewarganegaraan ganda AS-Prancis, jurnalis Al Jazeera asal Maroko Mohamed El-Bakkali, serta juru kamera Waad Al Musa yang berkewarganegaraan ganda AS-Irak.
Kapal bantuan untuk Gaza tersebut diluncurkan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC) dan berlayar dari Italia dalam upaya menembus blokade Israel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan menyebabkan 2,4 juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah beberapa kali mencegat kapal bantuan menuju Gaza di perairan internasional.
Pada Juni lalu, pasukan Israel menyita kapal Madleen dan menahan 12 aktivis internasional, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan. Sebulan sebelumnya, kapal MV Conscience diserang oleh drone di dekat Malta.
Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza selama 18 tahun dan sejak 2 Maret 2024 menutup seluruh akses masuk, termasuk menghentikan konvoi bantuan kemanusiaan, meskipun mendapat desakan dari komunitas internasional untuk membukanya kembali.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 133 orang telah meninggal dunia akibat kelaparan sejak Oktober 2023, termasuk 87 anak-anak.
Menolak seruan gencatan senjata dari dunia internasional, militer Israel terus melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Hampir 60.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan ini telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyebabkan krisis pangan yang parah.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantankepala pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas serangan yang dilakukan terhadap wilayah Gaza.