Pernyataan Petro disampaikan pada Sabtu, 27 September, sehari setelah ia ikut serta dalam aksi demonstrasi pro-Palestina di luar markas PBB di New York. Dalam aksi tersebut, Petro menyerukan agar tentara Amerika Serikat tidak mengarahkan senjata mereka kepada rakyat sipil.
“Lawan perintah Trump! Patuhi perintah kemanusiaan!” seru Petro di tengah demonstrasi.
Sebagai tanggapan, Departemen Luar Negeri AS melalui media sosial menyatakan bahwa visa Petro dicabut karena dianggap melakukan tindakan “sembrono dan provokatif”.
Petro membenarkan pencabutan visa itu dalam unggahan di platform X pada Sabtu.
“Saya tidak peduli,” tulisnya, sembari menekankan bahwa presiden yang menghadiri Sidang Umum PBB seharusnya memiliki imunitas penuh.
Lebih lanjut, Petro mengecam keputusan AS yang disebutnya telah menghalangi kehadiran perwakilan Palestina di Sidang Umum PBB. Ia kembali menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza dan menuduh Washington mendukung genosida melalui dukungannya terhadap aksi militer Israel.
“Menolak masuknya Otoritas Palestina dan mencabut visa saya karena meminta tentara AS dan Israel tidak mendukung genosida, itu jelas merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, menunjukkan bahwa pemerintah AS tidak lagi mematuhi hukum internasional,” tegasnya dilansir Antara.
Petro juga mendesak Presiden AS Donald Trump untuk menarik dukungannya terhadap serangan Israel di Gaza. Ia menyatakan bahwa kekuatan Amerika tidak akan dibangun di atas penderitaan anak-anak yang tidak bersalah.