Rabu, 31 Desember 2025

Trump Ultimatum Hamas: 3–4 Hari untuk Terima Rencana Perdamaian Gaza


 Trump Ultimatum Hamas: 3–4 Hari untuk Terima Rencana Perdamaian Gaza Warga Palestina yang terusir meninggalkan Kota Gaza di tengah serangan Israel di Kota Gaza. (Foto: Hassan Al-Jadi/UPI/Shutterstock/The Guardian)

WASHINGTON, ARAHKITA.COM - Donald Trump memberi Hamas waktu tiga hingga empat hari untuk merespons proposal perdamaian Gaza. Jika ditolak, ia memperingatkan kelompok tersebut akan “membayar di neraka”.

Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, mengeluarkan ultimatum tegas kepada Hamas agar segera merespons rencana perdamaian dan rekonstruksi Gaza yang ia ajukan. Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Washington, Trump menyatakan bahwa Hamas hanya punya waktu tiga atau empat hari untuk mengambil keputusan.

“Cukup satu tanda tangan. Tapi kalau mereka menolak, konsekuensinya akan sangat berat,” ujar Trump saat berbicara di hadapan militer AS di Quantico, Virginia.

Ia menegaskan bahwa jika Hamas menolak, Israel akan mendapat dukungan penuh AS untuk melanjutkan operasi militernya.

Isi Rencana Perdamaian 20 Poin Trump

Proposal perdamaian yang diusulkan Trump mencakup beberapa poin penting, antara lain:

  • Pelucutan senjata Hamas dan larangan mereka terlibat dalam politik Gaza ke depan.
  • Pembebasan 48 sandera Israel dalam waktu 72 jam setelah gencatan senjata.
  • Penarikan bertahap pasukan Israel ke zona penyangga di sekitar Gaza.
  • Lonjakan bantuan kemanusiaan untuk 2,3 juta warga Gaza yang terdampak perang.
  • Gaza pascaperang akan dikelola oleh otoritas transisi teknokratis, dipimpin langsung oleh Trump, dengan pengawasan internasional.

Selain itu, Israel diwajibkan membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina, termasuk yang dihukum seumur hidup. Pasukan keamanan internasional dari negara-negara Arab atau Muslim direncanakan akan dikerahkan untuk menjaga stabilitas.

Respons Israel, Hamas, dan Dunia Internasional

Netanyahu menyambut baik rencana tersebut, meski menegaskan bahwa militer Israel akan tetap hadir di sebagian besar Gaza. Namun, ia menolak gagasan pembentukan negara Palestina.

Sementara itu, Hamas belum memberikan jawaban resmi. Seorang pejabat Hamas menyebut bahwa proposal ini sedang ditinjau melalui konsultasi internal dan dengan faksi-faksi bersenjata Palestina. Meski begitu, beberapa pihak dekat Hamas menilai rencana Trump berat sebelah dan mustahil diterapkan sebagaimana dilansir The Guardian.

Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, menolak keras proposal tersebut dengan alasan hanya memperkuat agresi Israel.

Di sisi lain, sejumlah negara seperti Turki, Mesir, Qatar, hingga Arab Saudi menyatakan dukungan pada rencana Trump. Bahkan, Jerman dan Prancis menyebut usulan itu sebagai “peluang terbaik untuk mengakhiri perang Gaza”.

Gaza di Tengah Krisis Kemanusiaan

Meski diplomasi terus berjalan, situasi di lapangan semakin memburuk. Serangan udara dan darat Israel pada Selasa menewaskan puluhan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Rumah sakit setempat melaporkan lebih dari 66.000 warga Palestina telah tewas sejak 2023, dengan lebih dari 160.000 lainnya terluka.

Kondisi kelaparan juga semakin parah, dengan ratusan korban jiwa akibat malnutrisi, termasuk banyak anak-anak.

Perang Dua Tahun yang Belum Usai

Konflik Gaza yang dimulai sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 telah menewaskan ribuan orang di kedua belah pihak. Usulan perdamaian Trump kini menjadi sorotan global: apakah mampu menghentikan perang, atau justru memperpanjang konflik karena dianggap memihak satu pihak saja.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru