Selasa, 30 Desember 2025

Trump Sebut Rusia dan China Diam-Diam Uji Coba Senjata Nuklir


 Trump Sebut Rusia dan China Diam-Diam Uji Coba Senjata Nuklir Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. ANTARAAnadolupy

JAKARTA, ARAHKITA.COM — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim bahwa Rusia dan China telah melakukan uji coba senjata nuklir secara diam-diam. Ia menyebut kedua negara itu tidak pernah membicarakan secara terbuka kegiatan tersebut, berbeda dengan Korea Utara yang secara terang-terangan mengumumkan setiap uji coba nuklirnya.

Pernyataan itu disampaikan Trump dalam wawancara dengan program “60 Minutes” yang disiarkan CBS News pada Minggu (2/11/2025). “Rusia melakukan uji coba, dan China juga, tetapi mereka tidak membicarakannya,” kata Trump menanggapi pernyataan pembawa acara yang menyebut hanya Korea Utara yang menguji senjata nuklir.

Trump Ingin AS Ikut Uji Coba Lagi

Komentar tersebut muncul hanya tiga hari setelah Trump memerintahkan militer AS untuk memulai kembali pengujian senjata nuklir—sesuatu yang belum pernah dilakukan Amerika selama lebih dari 30 tahun.

Menurut Trump, keputusan itu penting agar AS tidak tertinggal dari negara lain.

“Negara lain melakukan uji coba. Kita satu-satunya yang tidak. Saya tidak ingin menjadi negara satu-satunya yang tidak menguji,” ujarnya.

Trump berpendapat bahwa uji coba diperlukan untuk memastikan efektivitas senjata nuklir yang dimiliki negaranya.“Bukankah itu masuk akal? Anda membuat senjata nuklir, lalu tidak mengujinya. Bagaimana Anda tahu senjata itu berfungsi?” katanya.

Kekuatan Nuklir dan Persaingan Global

Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki “kekuatan nuklir luar biasa” dan masih menjadi yang terbesar di dunia. Ia menyebut Rusia berada di posisi kedua, sedangkan China menyusul di urutan ketiga.

Namun, ia memperingatkan bahwa dalam lima tahun mendatang, kapasitas nuklir China bisa sejajar dengan Rusia dan AS.

“Mereka membuatnya dengan cepat, dan saya pikir kita harus melakukan sesuatu terkait denuklirisasi,” kata Trump.

Trump menambahkan, saat ini AS memiliki cukup senjata nuklir untuk menghancurkan dunia hingga 150 kali, sementara Rusia memiliki jumlah besar dan China tengah mengejar ketertinggalan.

Konteks dan Dampak Global

Langkah Trump untuk memulai kembali uji coba nuklir menuai pro dan kontra. Sejumlah analis menilai kebijakan itu dapat memicu perlombaan senjata baru dan menegangkan hubungan internasional, terutama dengan negara-negara pemilik nuklir lain.

Sementara itu, sebagian pihak di Washington menilai uji coba yang dimaksud Trump kemungkinan berupa uji sistem non-ledakan—yakni simulasi untuk memeriksa keandalan sistem senjata tanpa melakukan peledakan nuklir nyata.

Terlepas dari bentuknya, pernyataan Trump ini kembali menyoroti isu stabilitas global dan kontrol senjata nuklir, yang selama ini dijaga lewat kesepakatan internasional seperti Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT).

 

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru