Selasa, 30 Desember 2025

Xi Jinping–Trump Bahas Taiwan hingga Ukraina: Sinyal Baru Arah Hubungan China–AS


 Xi Jinping–Trump Bahas Taiwan hingga Ukraina: Sinyal Baru Arah Hubungan China–AS Presiden China Xi Jinping bertemu Presiden AS Donald Trump di Busan, Korea Selatan, pada 30 Oktober 2025. (ANTARA/HO-Xinhua/Huang Jingwen)

BEIJING, ARAHKITA.COM — Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melakukan komunikasi tingkat tinggi lewat sambungan telepon pada Senin (24/11/2025) malam. Percakapan itu menjadi sorotan karena membahas isu paling sensitif dalam hubungan kedua negara: Taiwan, krisis Ukraina, dan arah kerja sama bilateral ke depan.

Dalam rilis resmi yang disampaikan Kementerian Luar Negeri China, Xi Jinping menegaskan kembali sikap dasar Beijing soal Taiwan. Ia menyatakan bahwa posisi Taiwan dalam “satu China” merupakan bagian dari tatanan internasional yang terbentuk setelah Perang Dunia II. Menurutnya, memahami konteks sejarah ini penting agar stabilitas kawasan tetap terjaga.

Xi juga mengingatkan bahwa China dan AS pernah berdiri di sisi yang sama ketika melawan fasisme dan militerisme pada era perang. Karena itu, menjaga stabilitas global dan warisan sejarah kemenangan Perang Dunia II dinilai menjadi kepentingan bersama kedua negara.

Trump, dalam responsnya, menyampaikan apresiasi langsung kepada Xi. Ia menyebut pemimpin China itu sebagai “seorang yang hebat” dan menilai pertemuan keduanya di Busan pada 30 Oktober 2025 memberi dasar penting bagi arah hubungan kedua negara. Trump menyebut Washington tengah mengimplementasikan berbagai kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut.

China menilai AS memahami signifikansi isu Taiwan bagi Beijing, termasuk peran China dalam kemenangan Perang Dunia II—narasi yang kembali ditegaskan dalam pernyataan resmi tersebut dilansir Antara.

Lebih jauh, Xi mengatakan bahwa sejak pertemuan di Busan, hubungan China–AS menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dan lebih positif. Tren itu, menurutnya, disambut baik baik oleh masyarakat kedua negara maupun komunitas internasional yang berharap pada stabilitas dua kekuatan besar tersebut.

“Kerja sama China–AS menguntungkan kedua pihak, sedangkan konfrontasi hanya membawa kerugian,” ujar Xi dalam percakapan tersebut. Ia menekankan perlunya menjaga momentum positif dengan memperbesar ruang kolaborasi dan memperkecil daftar perbedaan.

Xi juga mendorong hubungan yang berlandaskan kesetaraan, saling menghormati, serta upaya konsisten untuk membuka ruang-ruang kerja sama baru yang bermanfaat bagi warga kedua negara dan stabilitas global.

Selain Taiwan, isu lain yang dibahas adalah krisis Ukraina. Xi menegaskan bahwa China mendukung setiap langkah yang dapat membuka jalan menuju perdamaian. Ia menyampaikan harapan agar pihak-pihak yang terlibat bisa menurunkan ketegangan dan segera mencapai kesepakatan damai yang adil, berkelanjutan, dan mampu menyelesaikan akar konflik.

Percakapan telepon itu menjadi salah satu komunikasi penting antara dua pemimpin negara dengan pengaruh global terbesar, di tengah dinamika geopolitik yang terus berubah.

Editor : Farida Denura

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Internasional Terbaru